"Berdasarkan rekomendasi WHO tahun 2002, menyusui dengan benar caranya ada 4. Pertama, proses menyusui setelah segera lahir (atau yang sering disebut inisiasi menyusu dini (IMD). Kemudian, pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan anak," tutur dr Utami Roesli SpA, MBA, IBCLC, FABM dari RS St Carolus.
Tahapan ketiga yakni pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI sejak usia 6 bulan. MPASI yang diberikan juga harus adequat (memenuhi kebutuhan gizi), makanan rumahan dan pastinya aman. Nah, setelah itu, pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun lebih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Atasi Remaja yang Depresi dengan Makan yang Benar
Selain itu, menurut peneltian cohort tahun 2013 terhadap 540 bayi, ditemuka bahwa otak anak yang mendapat standar emas makanan bayi memiliki pertumbuhan otak yang berhubungan dengan bahasa, emosi, kognitif, visual, sensorik dan motorik 20-30% lebih tinggi.
"Studi tahun 2009 dalam journal of pediatric terhadap 2.900 bayi baru lahir yang diamati sampai usia !4 tahun, ditemukan bahwa semakin lama menyusu, semkain rendah risiko terjadi masalah mental pada remaja," kata dr Tami.
Masalah mental internal yang dialami remaja di antaranya menarik diri, gelisah, depresi, psychosomatik, autisme, dan mengalami gangguan berpikir. Sementara, masalah mental eksternal yang bisa dialami remaja berupa gangguan sosialisasi, kenakalan remaja, dan agresivitas.
"Jumlah ibu yang menyusui bayi setelah usia di atas 6 bulan massih belum terlalu banyak. Makanya nggak heran ya generasi sekarang mudah sekali terlibat tawuran, gampang berkelahi dengan temannya, belum ada yang melakukan tindak kekerasan. Itu berkaitan lho dengan lama ibu menyusui. Belum lagi, world bank mengungkapkan bawah tiap hari ada 373-480 balita di Indonesia yang meninggal. Ibaratnya itu korban satu pesawat jumbo jet yang berisi 480 anak jatuh," terang dr Tami.
Baca juga: Remaja yang Kurang Tidur Rentan Kena Penyakit Mental
(rdn/up)











































