Ami Zota dari Milken School of Public Health di George Washington University mengatakan bahwa mencuci vagina atau douching dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri, penyakit inflamasi panggul, komplikasi kehamilan, dan potensi kanker. Hal ini disebabkan karena bakteri alami dan tingkat keasaman yang ada di vagina bisa jadi tak seimbang, oleh karena itu sebetulnya dokter di mana-mana tak menyarankan douching.
"Douching tidak diperlukan secara medis. Vagina yang sehat punya sistem pembersih diri yang efektif," ujar Zota seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (15/7/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Tak Dianjurkan Pakai Sabun, Ini Cara Terbaik Atasi Keputihan
"Phthalate adalah bahan kimia yang perlu dikhawatirkan untuk kesehatan wanita karena mereka dicurigai pengganggu endokrin dan dapat mengubah tindakan hormon penting seperti hormon estrogen, testosteron dan tiroid," kata Zota.
Survei dari 739 wanita menunjukkan mereka yang melakukan douching sekali setidaknya sebulan sebelum tes dilakukan memiliki kandungan DEP 52 persen lebih tinggi di urinenya dibandingkan dengan mereka yang tidak. Bagi yang melakukan douching 2 kali konsentrasi DEP ditemukan hingga 152 persen.
Zota tak menemukan adanya kemungkinan sumber lain DEP dari produk wanita lainnya seperti pembalut, semprotan deodoran, atau tisu pembersih.
Baca juga: Kehamilan Tak Bisa Dicegah dengan Semprotkan Cairan ke Vagina (fds/up)











































