Barret Treadway, anak perempuan usia 3,5 tahun dari New York, Amerika, saat ini sudah bisa tidur nyenyak. Padahal satu setengah tahun yang lalu, ia bisa terjaga berkali-kali di tengah tidurnya lantaran berkali-kali napasnya terhenti saat tidur. Bocah itu juga kerap mendengkur sangat nyaring sehingga mengganggu hampir seisi rumahnya.
Baca juga: Agar Jadwal Tidur Bayi Lebih Teratur, Begini Trik Simpelnya
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ahli mengatakan sleep apnea pada anak terjadi sekitar 1 hingga 3 persen. Kondisi ini tidak hanya akan menganggu si anak, namun juga dapat menganggu kualitas tidur satu keluarga. Anak yang mengidap sleep apnea tentunya akan memiliki kualitas tidur yang buruk. Padahal pada usia dini, kualitas tidur sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan otak.
Terdapat dua bentuk sleep apnea, yaitu obstruktif dan sentral. Dalam kebanyakan kasus, sleep apnea obstruktif terjadi ketika napas anak terhalang oleh pembesaran amandel atau kelenjar gondok pada saat tidur. Ketika aktivitas pernapasan terhenti selama lebih dari 10 detik, tingkat kandungan karbon dioksida di dalam darah meningkat. Kondisi ini akan memicu otak untuk mengambil alih kendali untuk kembali memulai pernapasan. Biasanya disertai dengan dengkuran keras atau mendengus.
Sedangkan sleep apnea sentral, meskipun sangat jarang terjadi pada anak, kondisinya berupa kegagalan otak secara temporer untuk memberi perintah pada otot yang mengontrol pernapasan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan anak menjadi hiperaktif dan memiliki masalah konsentrasi di sekolah. Jika tidak terdeteksi sejak awal, terkadang dokter salah mendiagnosa dengan menganggap anak memiliki Attention Deficit Hyperarctivity Disorder (ADHD), yakni gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Anak Tidur Larut Malam?
ADHD dapat menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan seperti perasaan gelisah, tidak bisa diam, dan tidak bisa duduk dengan tenang. Jika salah diagnosa dan salah mendapat pengobatan karena dianggap mengidap ADHD, permasalahan yang dialami anak akan semakin memburuk.
Di lain sisi, anak dengan sleep apnea juga mengalami rasa kantuk yang berat di siang hari. Tak hanya itu, pertumbuhan memori, perkembangan kognitif, kemampuan belajar, serta IQ anak bisa berubah menjadi sangat buruk. Namun, jika kondisi ini dapat disembuhkan dengan baik, pertumbuhan anak dapat pulih secara drastis, dan kebanyakan anak mampu kembali ke jalur pertumbuhannya yang sempat tertunda karena gangguan tidur ini.
Jika kondisi ini tidak ditangani dengan segera, maka dapat memicu kerusakan pada sejumlah organ dan sistem di dalam tubuh anak, ujar dr David Gozal, spesialis gangguan tidur pada anak, seperti dikutip dari The New York Times, Selasa (28/7/2015).
"Anak-anak yang sering dan mendengkur dengan keras pada anak usia dini, berpotensi memiliki prestasi akademik yang lebih rendah di kemudian hari, meskipun masalah mendengkurnya telah diselesaikan," tambah dr Gozal. (rdn/vit)











































