"Sampai Mei-Juni tahun ini, bahkan kami temukan lagi tambahan 5 atau 6 kasus yang baru ditemukan," kata Dr Kusnadi, Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Bogor, Kamis (13/8/2015).
Berbicara dalam sosialisasi Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, Cibinong hari ini, dr Kusnadi menyebut stigma negatif sebagai tantangan dalam menanggulangi kaki gajah. Banyak warga enggan melapor karena penyakitnya dianggap aib dan harus disembunyikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum pernah ada kasus pasien datang sendiri untuk berobat atau melapor. Biasanya ada laporan, kami datangi, lalu baru ditemukan. Atau tidak sengaja kami temukan saat turun ke lapangan," lanjut dr Kusnadi.
Untuk kasus kaki gajah di Kabupaten Bogor, angka sesungguhnya diyakini lebih tinggi dari catatan Dinkes. Tiap 1 kasus kronis yang sudah mengalami pembengkakan organ tubuh terutama kaki, diperkirakan ada 10 kasus akut di sekitarnya, 100 kasus tertular, dan 1.000 penduduk yang berisiko tertular.
Penyakit kaki gajah disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh nyamuk. Pada kasus akut, gejala yang muncul antara lain demam berulang selama 3-5 hari yang hilang saat dipakai untuk istirahat. Sedangkan pada kasus kronis, terjadi pembengkakan organ tubuh seperti kaki, tangan, dan bahkan payudara dan alat kelamin. (up/ajg)











































