"Periksa sama dengan membuka aib. Kaki gajah dianggap lebih memalukan dari TB," kata dr Kusnadi, Kepala Bidang Pemberantasan, Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Bogor, di Cobinong, Kamis (13/8/2015).
Menurut dr Kusnadi, tidak ada satu pasien pun dari 55 kasus yang terdata oleh Dinas Kesehatan (Dinkes)Kabupaten Bogor yang datang sendiri untuk melapor atau berobat. Semuanya ditemukan dari laporan orang lain, atau secara kebetulan saat petugas sedang turun ke lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam salah satu kasus yang ditemukan oleh Dinkes Bogor, pasiennya adalah seorang gadis belia. Infeksi kronis yang diidapnya baru terungkap saat gadis tersebut jatuh dan harus digendong, lalu roknya tersingkap. Tidak ada satupun tetangganya ada yang menyangka bahwa selama ini kebiasaan si pasien mengenakan rok panjang adalah untuk menyembunyikan penyakitnya.
Infeksi mikrofilaria atau anak cacing filaria penyebab penyakit kaki gajah terkadang memang tidak bergejala. Pada kasus akut, gejalanya cuma demam berulang selama 3-5 hari dan cenderung diabaikan. Pada beberapa orang, bahkan sama sekali tidak bergejala hingga memasuki fase kronis.
"Pada kasus kronis, terjadi kerusakan kelenjar limfe. Cairan nggak bisa naik, sehingga kakinya bengkak permanen dan cacat," kata Prof Dr Agnes Kurniawan, SpMK, seorang ahli parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Baca juga: Kemenkes: Seluruh Jabodetabek Masuk Target Eliminasi Kaki Gajah (up/vit)











































