Pakai Masker Bukan Jaminan Tubuh Terlindung dari Polusi Udara

Jakarta - Memakai masker adalah salah satu cara yang mudah dilakukan oleh warga untuk melindungi diri dari polusi udara. Namun ahli mengatakan cara itu kurang efektif.

Survei sederhana yang dilakukan detikHealth menemukan memakai masker, helm, dan menahan napas adalah cara-cara yang sering dilakukan masyarakat Jakarta untung menghindari polusi.

Peneliti senior dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia Budi Haryanto mengatakan cara tersebut sebenarnya kurang efektif. Polusi udara yang terdiri dari debu serta gas tak semuanya mudah terlihat sehingga gampang dielakkan.

"Siapa yang bisa kuat tahan napas? Itu asap (hitam -red) yang ditahan napasnya mungkin kelihatan tapi kan banyak yang tak terlihat," kata Budi ketika dihubungi detikHealth dan ditulis pada Jumat (28/8/2015).

Baca juga: Bahaya! Polusi di Jabodetabek Sudah Mulai Menumpuk di Tubuh Warga

Penggunaan masker tak efektif karena banyak debu bisa saja tak tersaring tergantung dari kualitasnya. Contohnya masker sekali pakai yang sering dipakai warga, menurut Budi masker tersebut bahkan bukan dirancang untuk menghalangi polusi.

"Kalau masker-masker yang sering dipakai di rumah sakit itu kan dipakai untuk menahan apa yang dibersinkan pasien sakit keluar, bukan untuk menahan yang dari luar ke dalam," papar Budi.

"Masker hanya bisa untuk menyaring debu itu pun tergantung maskernya. Kalau untuk menahan polusi gas itu butuh masker khusus yang harganya bisa Rp 500 ribuan," lanjutnya.

Budi mengatakan satu-satunya cara efektif untuk menghindari polusi udara adalah dengan menjauhkan diri dari sumber. Usahakan secepatnya keluar dari area berpolusi dan masker mungkin bisa digunakan untuk menambah perlindungan dari debu.

Baca juga: 5 Keluhan Warga Soal Polusi di Jakarta dan Solusinya  (fds/up)