Kenali, Ini Ciri-ciri Orang-orang yang Rentan Bunuh Diri

Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia

Kenali, Ini Ciri-ciri Orang-orang yang Rentan Bunuh Diri

Nurvita Indarini - detikHealth
Kamis, 10 Sep 2015 14:05 WIB
Kenali, Ini Ciri-ciri Orang-orang yang Rentan Bunuh Diri
Foto: thinkstock
Jakarta - Tidak ada penyebab tunggal terjadinya kasus bunuh diri. Karena itu, faktor risiko yang dikemukakan dalam artikel ini tidak selalu menjadi pertanda pasti bahwa bunuh diri akan dilakukan seseorang. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini ciri-ciri orang yang rentan bunuh diri, dan ditulis pada Kamis (10/9/2015).

1. Berbicara Tentang Bunuh Diri

Foto: Fuse/Thinkstock
Jika seseorang yang Anda kenal hampir selalu berbicara tentang bunuh diri, upaya untuk menyakiti dirinya sendiri, atau menyampaikan keinginan tak ingin hidup lagi, jangan abaikan. Mungkin ini merupakan upaya untuk mencari perhatian Anda, tapi juga bisa menjadi tanda bahwa dia akan berupaya menghilangkan nyawanya sendiri.

Apalagi jika yang bersangkutan tampak putus asa karena terjebak suatu kondisi, dan kemudian menarik diri dari teman dan keluarganya. Yang perlu jadi perhatian juga adalah bila yang bersangkutan pernah punya upaya bunuh diri dan memiliki sejarah depresi atau gangguan mental.

2. Merasa Bersalah Luar Biasa

Foto: Thinkstock/AnaBGD
Ketika seseorang merasa sangat bersalah, sehingga membuatnya sangat tidak nyaman, bisa jadi alasan untuk mengakhiri hidup. Menurut Madelyn Gould, PhD, seorang profesor epidemiologi klinis di Columbia University Medical Center, di New York City, perasaan bersalah yang berlebihan merupakan gejala umum depresi dan kecemasan.

Karena itu jika ada seseorang yang setiap hari mengeluhkan dengan sangat betapa dirinya bersalah untuk suatu masalah, ada baiknya Anda waspada. Katakan padanya bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun yang paling penting adalah memperbaiki diri agar tidak terulang lagi di masa mendatang. Selain itu bisa jadi kesalahan yang terjadi bukan semata-mata karena salah satu orang saja. Orang tersebut memerlukan orang yang menguatkan dan membantunya bebas dari perasaan bersalah yang tidak realistis.

3. Minum Alkohol dan Menggunakan Narkoba

Foto: Republica/Pixabay
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebut penyalahgunaan obat dan alkohol merupakan salah satu faktor risiko bunuh diri. Seperti diketahui, penggunaan alkohol dan narkoba yang berlebihan berpotensi memicu rasa gelisah dan kecemasan.

dr Paula Clayton, Direktur Medis dari Yayasan Pencegahan Bunuh Diri Amerika menyebut penggunaan narkoba berkontribusi pada tindakan impulsif. Penelitian menunjukkan sampai 80 persen upaya bunuh diri yang dilakukan pengguna narkoba terjadi secara tiba-tiba dengan perencanaan yang minim.

4. Mengalami Kegelisahan

Foto: kiatipol
Menurut catatan dr Ken Robbins, seorang profesor klinis psikiatri di Universitas Wisconsin, Madison, sekitar setengah dari orang yang depresi memiliki 'depresi melankolis'. Depresi melankolis menjadikan yang bersangkutan lesu, lelah dan bahkan kehilangan nafsu makan. Demikian dikutip dari Health.

Sementara itu setengah lainnya mengalami kegelisahan (agitated depression). Ciri utamanya selain gelisah adalah cemas, sulit tidur dan sulit fokus. Kegelisahan dan kecemasan yang terus mendera tanpa ada orang yang peduli dan tanpa bisa keluar dari situasi semacam itu bisa membuat seseorang tidak nyaman dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

5. Sakit Kronis

Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
Sakit kronis yang telah lama mendera terkadang membuat seseorang putus asa. Karena sakit kronis juga membuat seseorang semakin bergantung pada orang lain, apalagi jika penyakit membuatnya kehilangan kemampuan untuk melihat, berjalan, mendengar dan lainnya.

Merasa sendiri dan kesepian juga menyumbang faktor risiko bunuh diri. Selain itu jika di dalam keluarganya terdapat sejarah bunuh diri atau mengalami kekerasan.
Halaman 2 dari 6
Jika seseorang yang Anda kenal hampir selalu berbicara tentang bunuh diri, upaya untuk menyakiti dirinya sendiri, atau menyampaikan keinginan tak ingin hidup lagi, jangan abaikan. Mungkin ini merupakan upaya untuk mencari perhatian Anda, tapi juga bisa menjadi tanda bahwa dia akan berupaya menghilangkan nyawanya sendiri.

Apalagi jika yang bersangkutan tampak putus asa karena terjebak suatu kondisi, dan kemudian menarik diri dari teman dan keluarganya. Yang perlu jadi perhatian juga adalah bila yang bersangkutan pernah punya upaya bunuh diri dan memiliki sejarah depresi atau gangguan mental.

Ketika seseorang merasa sangat bersalah, sehingga membuatnya sangat tidak nyaman, bisa jadi alasan untuk mengakhiri hidup. Menurut Madelyn Gould, PhD, seorang profesor epidemiologi klinis di Columbia University Medical Center, di New York City, perasaan bersalah yang berlebihan merupakan gejala umum depresi dan kecemasan.

Karena itu jika ada seseorang yang setiap hari mengeluhkan dengan sangat betapa dirinya bersalah untuk suatu masalah, ada baiknya Anda waspada. Katakan padanya bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun yang paling penting adalah memperbaiki diri agar tidak terulang lagi di masa mendatang. Selain itu bisa jadi kesalahan yang terjadi bukan semata-mata karena salah satu orang saja. Orang tersebut memerlukan orang yang menguatkan dan membantunya bebas dari perasaan bersalah yang tidak realistis.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat menyebut penyalahgunaan obat dan alkohol merupakan salah satu faktor risiko bunuh diri. Seperti diketahui, penggunaan alkohol dan narkoba yang berlebihan berpotensi memicu rasa gelisah dan kecemasan.

dr Paula Clayton, Direktur Medis dari Yayasan Pencegahan Bunuh Diri Amerika menyebut penggunaan narkoba berkontribusi pada tindakan impulsif. Penelitian menunjukkan sampai 80 persen upaya bunuh diri yang dilakukan pengguna narkoba terjadi secara tiba-tiba dengan perencanaan yang minim.

Menurut catatan dr Ken Robbins, seorang profesor klinis psikiatri di Universitas Wisconsin, Madison, sekitar setengah dari orang yang depresi memiliki 'depresi melankolis'. Depresi melankolis menjadikan yang bersangkutan lesu, lelah dan bahkan kehilangan nafsu makan. Demikian dikutip dari Health.

Sementara itu setengah lainnya mengalami kegelisahan (agitated depression). Ciri utamanya selain gelisah adalah cemas, sulit tidur dan sulit fokus. Kegelisahan dan kecemasan yang terus mendera tanpa ada orang yang peduli dan tanpa bisa keluar dari situasi semacam itu bisa membuat seseorang tidak nyaman dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Sakit kronis yang telah lama mendera terkadang membuat seseorang putus asa. Karena sakit kronis juga membuat seseorang semakin bergantung pada orang lain, apalagi jika penyakit membuatnya kehilangan kemampuan untuk melihat, berjalan, mendengar dan lainnya.

Merasa sendiri dan kesepian juga menyumbang faktor risiko bunuh diri. Selain itu jika di dalam keluarganya terdapat sejarah bunuh diri atau mengalami kekerasan.

(vit/up)

Berita Terkait