1. Berbicara Tentang Bunuh Diri
|
Foto: Fuse/Thinkstock
|
Apalagi jika yang bersangkutan tampak putus asa karena terjebak suatu kondisi, dan kemudian menarik diri dari teman dan keluarganya. Yang perlu jadi perhatian juga adalah bila yang bersangkutan pernah punya upaya bunuh diri dan memiliki sejarah depresi atau gangguan mental.
2. Merasa Bersalah Luar Biasa
|
Foto: Thinkstock/AnaBGD
|
Karena itu jika ada seseorang yang setiap hari mengeluhkan dengan sangat betapa dirinya bersalah untuk suatu masalah, ada baiknya Anda waspada. Katakan padanya bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang wajar dan manusiawi. Namun yang paling penting adalah memperbaiki diri agar tidak terulang lagi di masa mendatang. Selain itu bisa jadi kesalahan yang terjadi bukan semata-mata karena salah satu orang saja. Orang tersebut memerlukan orang yang menguatkan dan membantunya bebas dari perasaan bersalah yang tidak realistis.
3. Minum Alkohol dan Menggunakan Narkoba
|
Foto: Republica/Pixabay
|
dr Paula Clayton, Direktur Medis dari Yayasan Pencegahan Bunuh Diri Amerika menyebut penggunaan narkoba berkontribusi pada tindakan impulsif. Penelitian menunjukkan sampai 80 persen upaya bunuh diri yang dilakukan pengguna narkoba terjadi secara tiba-tiba dengan perencanaan yang minim.
4. Mengalami Kegelisahan
|
Foto: kiatipol
|
Sementara itu setengah lainnya mengalami kegelisahan (agitated depression). Ciri utamanya selain gelisah adalah cemas, sulit tidur dan sulit fokus. Kegelisahan dan kecemasan yang terus mendera tanpa ada orang yang peduli dan tanpa bisa keluar dari situasi semacam itu bisa membuat seseorang tidak nyaman dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.
5. Sakit Kronis
|
Foto: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko
|
Merasa sendiri dan kesepian juga menyumbang faktor risiko bunuh diri. Selain itu jika di dalam keluarganya terdapat sejarah bunuh diri atau mengalami kekerasan.
Halaman 2 dari 6











































