"Penyakit kronik baru timbul kalau paparannya lama, berulang, dan bertahun-tahun. Kenapa rokok dihubungkan dengan kanker paru? karena orang merokok setiap hari dan bertahun-tahun. Ini kebakaran asap kan terjadi sekian bulan dan setelah itu berhenti. Tahun depan terjadi lagi," kata Kepala Balitbangkes RI Prof Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE.
Nah, sampai sekarang pun, lanjut Prof Tjandra, belum ada bukti yang valid yang mengatakan jika paparan kabut asap 'terpotong-potong' seperti itu, apakah akan menimbulkan kanker atau tidak. "Bisa iya (menimbulkan kanker-red) bisa tidak, tapi tidak ada bukti yang nyata," ujar Prof Tjandra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Penyebab Kanker Paru pada Orang Bukan Perokok
Namun, sampai saat ini memang belum ada bukti ilmiah yang valid yang menyebutkan bahwa kabut asap kebakaran hutan berhubungan dengan kanker atau tidak. Sementara, untuk penggunaan AC di tengah bencana kabut asap ini, menurut prof Tjandra baik AC mobil atau rumah asal re-circulate, dalam artian udara tidak hanya masuk dari luar ke dalam, maka penggunaannya tidak masalah.
Terjadinya bencana kabut asap, bagaimanapun akan berdampak pada kesehatan. Kementerian Kesehatan sendiri sudah melakukan berbagai upaya. Diungkapkan Prof Tjandra, untuk masyarakat mau tidak mau dilakukan penyuluhan, kemudian pembagian masker yang sudah dilakukan. Ketiga, yakni keseiapsiagaan fasilitas kesehatan yang ada.
"Misalnya saya secara informal menghubungi dokter paru di sana. Saat ini kalau di RS rujukan memang tidak ada kenaikan kasus yang berarti, karena keluhan banyak di fasilitas kesehatan primer. Selain memang diusahakan jangan ada sumber api di mana upaya pemadaman secara koordinatif dilakukan di kementerian terkait supaya itu tidak terjadi," kata Prof Tjandra.
Baca juga: Kabut Asap Selimuti Riau, Orang Dewasa dan Anak-anak Keluhkan Mual dan ISPA
(rdn/up)











































