"Adanya gangguan fungsi di otot jaringan lemak dan di liver itu sendiri. Otot itu adalah penyangga metabolik yang paling baik dalam tubuh. Makin baik otot, penyangga metabolik pun main baik," kata Dr dr Aris Wibudi, SpPD, KEMD, CHT, ABAARM dipl.
Di sela-sela temu media 'Mediabetea' di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (21/9/2015), penyangga metabolik alias otot bisa jelek kualitasnya karena otot jarang digunakan otot. Akibatnya, otot mengecil dan penyangga metabolik berkurang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Jangan Kurang Atau Lebih, Pola Tidur Berantakan Picu Risiko Penyakit
Jika hanya jalan kaki, dikatakan dr Aris hasilnya hanya betis saja yang besar. Sehingga, penting untuk melatih otot yang lain sehingga tubuhnya proporsional. Nah, jika seseorang tidak suka beraktivitas fisik, otomatis otot pun makin kecil.
dr Aris menjelaskan, otot berperan menyerap gula dan lemak yang akan dipakai sebagai energi atau cadangan energi. Ketika jarang bergerak, tubuh akan kelebihan energi padahal harusnya energi diubah menjadi glikogen. Saat otot tidak bekerja, kelebihan energi akan diubah jadi lemak dan disimpan di rongga perut menjadi lemak fiseral.
"Nah, kemampuan otot menyerap gula tergantung massa otot. Makin bagus massa otot makin bagus kemampuannya. Tapi proporsi tubuhnya yang pas ya, tidak yang besar-besar. Ingat, aktivitas fisik nggak melulu nge-gym. Bisa ke kantor naik sepeda misalnya," kata dr Aris.
Ia mengingatkan, jangan jadikan banyaknya keringat sebagai indikator. Sebab, indikator yang tepat yakni seberapa besar otot itu bisa terbentuk. Caranya, bisa dengan mengukur massa otot menggunakan timbangan tertentu.
"Di sinilah ada hubungannya mengapa orang yang jarang gerak, kegemukan, lebih berisiko terkena diabetes," tutur
Baca juga: Sama Seperti Alkohol, Kurang Gerak Juga Bisa Menyakiti Hati (rdn/up)











































