dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), FAPSR dari RSUP Persahabatan mengatakan bahwa risiko kematian langsung akibat kabut asap tidak ditemukan dalam berbagai literatur dan penelitian. Jika memang masyarakat di daerah yang terpapar asap ada yang meninggal, besar kemungkinan hal itu dipengaruhi oleh penyakit yang sebelumnya sudah diderita.
Baca juga: Soal Masker N95 vs Masker Biasa, Begini Penjelasan Dokter Paru
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Agus menjelaskan bahwa selain karena penyakit yang sudah diderita terlebih dahulu, masyarakat juga bisa meninggal akibat paparan kabut asap dalam jangka panjang dan banyak. Paparan kabut asap dalam jangka panjang dan banyak diketahui dapat menyebabkan penyakit gangguan pernapasan seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) serta penyakit kardiovaskular.
"Jadi dia kena masalah pernapasan atau respirasi, lalu dirawat di IGD, di rawat inap baru mortalitas. Tidak serta merta kena asap lalu meninggal," jelasnya lagi.
Baca juga: Agar Mata Tetap Sehat di Tengah Kabut Asap, Begini Saran Dokter
Ia juga mengatakan bahwa paparan kabut asap belum terbukti menyebabkan kanker paru. Dalam pengalamannya sebagai dokter dan berdasarkan literatur serta penelitian, belum ditemukan adanya hubungan antara paparan kabut asap dengan risiko terserang kanker paru.
Namun ia juga menyebutkan bahwa asap mengandung bahan-bahan yang bersifat karsinogenik alias dapat menyebabkan kanker. Karena itulah pencegahan bahaya dampak kabut asap harus dilakukan.
"Sering-sering lihat di media apakah kadar ISPU sudah berbahaya. Kalau berbahaya sebaiknya tidak keluar rumah. Kalaupun harus keluar rumah jangan lupa gunakan masker dan kacamata," pungkasnya. (mrs/up)











































