Lebih dari 50.000 produk suplemen yang mengaku bisa memperbesar payudara dijual secara bebas di Amerika Serikat. ConsumerLab, salah satu organisasi nirlaba yang memberi perhatian terhadap obat dan makanan melakukan uji coba terhadap suplemen-suplemen ini.
Baca juga: Selama 20 Tahun Lebih, Penari Ini Gunakan Implan Payudara Seberat 13 Kg
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil analisa ConsumerLab, ditemukan bahwa suplemen ini mengandung 4 bahan kategori utama, yakni phytoestrogen, aphrodisiac tradisional, rempah yang bermanfaat untuk wanita dan rempah lainnya.
Phytoestrogen merupakan senyawa yang mirip dengan estrogen. Biasanya senyawa ada di dalam tumbuhan seperti kacang kedelai, semanggi merah dan biji rami. Sisanya merupakan kandungan yang bisa ditemukan dalam makanan sehari-hari.
Penggunaan phytoestrogen sendiri sebenarnya tidak salah. Phytoestrogen akan bermanfaat bagi wanita jika ia tidak mampu memproduksi hormon estrogennya sendiri. Masalahnya, penggunaan phytoestrogen justru menghalangi proses pembuatan estrogen yang sudah tentu lebih bermanfaat.
"Karena menghambat produksi estrogen alami, ada kemungkinan suplemen-suplemen ini malah memperlambat pertumbuhan payudara, terutama pada wanita yang belum mengalami menopause," ungkap Dr Cooperman, dikutip dari Medical Daily, Selasa (20/10/2015).
Penelitian ilmiah pun ternyata tidak ada yang berpihak ke suplemen. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr A. Fugh-Berman, pakar herbal dari George Washington University, mengatakan bahwa penggunaan suplemen herbal untuk memperbesar payudara tidak memiliki bukti dan malah mengancam kesehatan.
Hal yang sama juga berlaku bagi produk lainnya seperti krim, lotion atau minyak yang mengaku dapat memperbesar payudara. Alih-alih bertambah besar, jaringan payudara malah bisa rusak dan kulit iritasi jika dipijat menggunakan benda-benda tersebut.
Baca juga: Suntikkan Minyak untuk Perbesar Payudara, Sonia Meninggal Dunia
(mrs/up)











































