Komentari Kabut Asap, Dokter Singapura Khawatirkan Risiko Kanker Paru

Komentari Kabut Asap, Dokter Singapura Khawatirkan Risiko Kanker Paru

Firdaus Anwar - detikHealth
Minggu, 25 Okt 2015 13:00 WIB
Komentari Kabut Asap, Dokter Singapura Khawatirkan Risiko Kanker Paru
Foto: Chaidir Anrwar Tanjung/detikcom
Singapura - Kejadian kebarakan hutan besar di Sumatra dan Kalimantan saat ini membuat kabut asap yang pekat menutupi beberapa daerah. Salah satu daerah tersebut Singapura dan dokter di sana menunjukkan kekhawatirannya bila masalah tak segera selesai.

Ahli onkologi dr Wong Nan Soon dari Mount Elizabeth Hospitals mengatakan merokok dan beberapa polusi udara sudah terbukti oleh banyak studi memiliki hubungan kuat terhadap kanker paru-paru. Ekspos okupasional atau ekspos karena pekerjaan terhadap gas, debu, dan asap kayu yang terbakar misalnya adalah contoh dari polusi udara yang pernah diteliti kaitannya dengan kanker paru.

Untuk bencana asap parah yang kini terjadi, dr Wong mengatakan memang belum ada penelitiannya namun ia tetap khawatir terhadap bahaya kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita tahu bahwa merokok itu punya banyak data kuat yang menunjukkan ia berhubungan dengan kanker paru, dan beberapa polutan juga bisa menyebabkan kanker paru," kata dr Wong dalam acara temu media di Mandarin Orchard, Singapura, dan ditulis pada Minggu (25/10/2015).

Baca juga: Anak Terpapar Kabut Asap, Bisakah Menyebabkan Kanker Paru?

"Saya pikir apa yang saat ini tidak kita ketahui pasti adalah durasi dari ekspos tersebut (sampai memicu kanker-red). Detail yang melihat seperti berapa tahun yang dibutuhkan untuk meningkatkan berapa besar risiko kanker. Saya pikir dampak asap ini memang masih sedikit dipelajari," lanjutnya.

Satu hal yang membuat fenomena kabut asap ini sulit untuk dipelajari adalah karena setiap hari tingkat indeks pencemaran udaranya bisa berubah-ubah. Oleh karena demikian maka sulit mendapatkan data statistik yang solid untuk menjadi bahan dasar penelitian.

"Asap sulit dipelajari karena ia tingkat kepekatannya sangat beragam jadi kita tak punya data statistik yang konstan. Tapi kami memang curiga ekspos yang berlarut-larut dapat meningkatkan risiko kanker," tutup dr Wong.

Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Kulit Saat Terpapar Kabut Asap


(fds/vit)

Berita Terkait