Dalam rilis yang dikirim pada wartawan, Pusat Komunikasi Publik (Puskomblik) Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa tim yang terdiri dari 6 orang telah mengunjungi 4 kampung yakni Opmo, Digilmo, Ottolama, dan Yerusalem. Perjalanan darat ditempuh selama 8 jam melintasi perbukitan dengan cuaca ekstrem bersuhu 6 derajat celcius.
Tim yang harus didampingi penerjemah karena warga setempat tidak bisa berbahasa Indonesia ini menemukan adanya kematian balita. Namun demikian, tidak ada data resmi terkait jumlah kasus dan catatan waktunya. Diperkirakan, angka kematian yang disebutkan adalah kompilasi sejak bulan Juni 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lokasi Kematian 32 Anak di Papua, Sanitasi Buruk dan Minim Layanan Kesehatan
Disebutkan dalam rilis tersebut, tim Kemenkes belum melihat adanya hubungan kejadian kasus antara satu dengan yang lain dengan kekhasan outbreak yakni peningkatan kasus di atas normal secara mendadak dalam suatu komunitas. Namun diakui gejalanya hampir sama berupa batuk, sesak, demam dan ada yang disertai diare.
Sampel dan spesimen dari orang dan lingkungan telah diambil untuk diteliti di laboratorium kesehatan di Jayapura. Spesimen berasal dari orang yang sedang sakit dan orang kontak berupa spesimen darah, swab anal, swab hidung, swab tenggorokan dan sputum.
Kementerian kembali akan mengirimkan tim untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan imunisasi pada Senin (30/11/2015). Tim tersebut akan membawa obat-obatan dan makanan pendamping ASI (Air Susu Ibu), dan akan meminta bantuan TNI untuk menembus beratnya medan.
Baca juga: Ungkap Kematian Misterius 32 Anak di Papua, Tim Kementan Juga Turun ke Lokasi (up/up)











































