Di Jantung Berumur 400 Tahun, Ilmuwan Temukan Penyakit Aterosklerosis

Di Jantung Berumur 400 Tahun, Ilmuwan Temukan Penyakit Aterosklerosis

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 03 Des 2015 17:34 WIB
Di Jantung Berumur 400 Tahun, Ilmuwan Temukan Penyakit Aterosklerosis
Foto: Reuters
Rennes, Prancis - Dalam reruntuhan biara abad pertengahan di kota Rennes, Prancis, arkeolog pada tahun 2011-2013 menemukan lima guci berbentuk hati yang terbuat dari timah. Di dalam guci tersebut masing-masing tersimpan jantung manusia yang telah diawetkan berumur 400 tahun.

Beberapa tahun setelah ditemukan, ilmuwan dari French National Institute for Preventive Archaeological Research kemudian mulai menguak rahasia yang tersimpan di jantung-jantung tersebut.

"Setiap jantung berbeda dan punya rahasianya sendiri. Empat jantung terawetkan dengan baik dan jarang bagi arkeolog untuk mengerjakan materi organik," kata salah satu peneliti Rozenn Colleter seperti dikutip dari Reuters pada Kamis (3/12/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Satu jantung yang diperiksa tampak sehat namun tiga lainnya menunjukkan tanda-tanda kondisi aterosklerosis. Plak banyak menimbun di pembuluh darah dan menghambat aliran darah sehingga berisiko memicu serangan jantung.

Baca juga: Mumi yang Meninggal Karena Tak Tahan Menanggung Sakit Gigi

dr Fatima-Zohra Mokrane dari Rangueil Hospital yang terlibat dalam studi mengatakan satu jantung lain yang kondisinya buruk diketahui milik wanita namun tak bisa diteliti karena sudah terlalu hancur.

Menurut Mokrane aspek paling penting dari studi adalah temuan bahwa orang-orang dahulu sudah terkena aterosklerosis.

"Aterosklerosis bukan patologi yang baru-baru ini muncul karena kita temukan dalam jantung-jantung dalam studi," kata dr Mokrane.

Satu jantung teridentifikasi milik kesatria bernama Toussaint Perrien yang mati pada tahun 1649. Jantungnya dikubur berdampingan dengan jantung sang istri, Louise de Quengo, yang meninggal pada tahun 1656.

Baca juga: Wanita Ini Tak Sadar Tubuhnya 50 Tahun Membawa Janin Mati

(fds/up)

Berita Terkait