Ahli kebijakan publik dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan, dr Soewarta Kosen mengatakan bila rokok dibiarkan berkembang maka Indonesia akan mengalami kerugian besar karena banyak masyarakat sakit dan mati prematur (meninggal di bawah usia harapan hidup). Sayangnya sampai saat ini upaya pengaturan rokok masih kurang dan jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara tetangga.
Baca juga: Rokok Dibatasi Bakal Bikin Negara Rugi? Ah Siapa Bilang
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia ketinggalan jauh sekali diberbagai sektor," lanjut dr Kosen.
Konflik kepentingan yang terjadi di kalangan pemerintah pusat disebut dr Kosen sebagai penyebab mengapa Indonesia lambat dalam hal ini. Oleh sebab itu saat ini bila memang rokok ingin dikendalikan dan konsumsinya ditekan maka pemerintah daerahlah yang bisa diharapkan.
Lewat otonomi daerah (otoda), tiap-tiap provinsi bisa berperan, misalnya lewat pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). "Mereka ada otoda bebas kan bisa menolak atau melarang apa-apa. Jadi Kawasan Tanpa Rokok itu bisa diperluas misal jadi di angkutan umum juga," tutup dr Kosen.
Baca juga: Perokok Pasif Berisiko Menopause Dini dan Kesuburan Terganggu (fds/vit)











































