dr Hardina Sabrida, MARS, dari Instalasi Deteksi Dini Rumah Sakit Kanker Dharmais mengatakan sepanjang tahun 2014 baru ada 3.717 orang yang datang untuk deteksi dini. Jumlah tersebut menurutnya masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.
"3.717 Ya masih sedikitlah, artinya banyak yang lari keluar. Yang 3.000-an sudah mulai banyak dari daerah, kadang ada yang khusus datang untuk medchek ke RS Dharmais," kata dr Hardina saat ditemui pada Jumat (18/12/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Obat Tidak Ditanggung BPJS, Penyandang Kanker Bisa Minta Bantuan ke YKI
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum menanggung semua bentuk skrining untuk kanker. Sejauh ini BPJS baru menanggung biaya skrining untuk kanker serviks dan kanker payudara. Untuk kanker payudara juga tidak bisa langsung dicek, karena data kesehatannya akan dianalisis Kantor Cabang BPJS Kesehatan terlebih dahulu.
Jika yang bersangkutan tidak berisiko terkena kanker payudara maka akan mendapat penyuluhan kesehatan. Sebaliknya jika berisiko, akan mendapat deteksi kanker dengan cara Clinical Breast Examination (CBE). Dilakukan pula pemeriksaan lanjutan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.Sedangkan jika risiko kankernya tinggi maka akan dilakukan mamografi.
"Harga Rp 275 ribu untuk mamografi dan Rp 1,8 juta untuk MRI. Sampai hari ini belum dicover jadi harus bayar sendiri," papar dr Hardina memberi contoh biaya umumnya.
Rendahnya partisipasi masyarakat terhadap deteksi dini ini berimbas kepada tingginya pasien kanker yang ditemukan sudah pada stadium lanjut. Tercatat berdasarkan rekam medis di RS Kanker Dharmais bahwa hampir 85 persen pasien datang dalam kondisi stadium lanjut yang sulit dihadapi.
Baca juga: Papsmear dan IVA, Lebih Akurat Mana Mendeteksi Kanker Serviks? (fds/vit)











































