Anak Tidak Lalui Fase Merangkak, Adakah Pengaruhnya Kelak?

Jakarta - Setelah melalui fase duduk, ada beberapa anak yang langsung berdiri dan kemudian berjalan. Fase merangkak pun terlewatkan. Nah, adakah pengaruh terlewatinya satu fase perkembangan anak dengan kehidupannya kelak?

Dijelaskan dr Tri Gunadi, A.Md.OT., S.Psi dalam diskusi 'Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak' yang digelar komunitas Tambah ASI Tambah Cinta di RS Meilia, Cibubur, Sabtu (19/12/2015), kemampuan merangkak biasanya dikuasai bayi usia 8-10 bulan. Jika fase ini hilang dalam perkembangan seorang bayi, maka dikhawatirkan corpus callosum yang menghubungkan otak kanan dan kiri tidak matang.

Apalagi semua pergerakan bayi adalah kegiatan yang mematangkan otak. Karena itu jika ada yang terlewat maka dikhawatirkan akan muncul masalah di kemudian hari.

Baca juga: Kemampuan yang Diharapkan Dimiliki si Kecil Usia 3 - 24 Bulan

"Bisa gangguan keseimbangan, bisa gangguan hiperaktivitas. Perkembangan dikatakan terlambat jika belum mampu melakukan yang anak seusianya bisa lakukan sampai enam bulan. Sedangkan terlalu cepat biasanya jika kurang dari dua bulan sudah bisa melakukannya," papar dr Tri.

"Bisa gangguan konsentrasi, gangguan koordinasi, gerakannya cenderung kasar," imbuh pria yang juga Direktur Klinik Yamet ini.

Jadi, jika bayi belum merangkak namun ingin belajar berdiri, sebaiknya dilarang? "Boleh saja belajar berdiri. Bisa berdiri sebelum merangkak juga nggak apa-apa. Tapi matangkan juga fase merangkaknya. Ajarkan juga untuk merangkak," jelas dr Tri.

Merangkak yang benar adalah tidak dengan menungging atau sebelah kaki menapak sementara kaki lainnya dalam posisi merangkak normal. Orang tua sebaiknya tidak membiarkan begitu saja, melainkan perlu memberi rangsangan dan stimulus agar si bayi bisa melalui tahapan demi tahapan perkembangannya dengan baik.

Baca juga: Si Kecil Butuh Hal-hal Ini Agar Ia Bisa Cepat Berjalan


(vit/rdn)