Bahkan menurut Dewi, ketika dimasak, beras itu menempel pada panci, bahkan setelah satu jam ditanak. Beberapa hari sebelumnya, sang adik ipar juga mengeluh sakit perut setelah memasak dan mengonsumsi nasi dari beras yang sama.
Karena curiga, Dewi memutuskan mencari informasi lewat internet dan kemudian menemukan video tentang peredaran beras di China yang ciri-cirinya mirip dengan beras yang dibeli Dewi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewi juga mengaku mengirim laporan ke email BPOM tetapi diduga alamatnya keliru sehingga ia memutuskan melapor ke Polsek Bantargebang. Selain diperiksa, pihak berwajib segera mengambil sampel beras yang masih mentah dan juga sampel beras yang sudah dimasak Dewi. Sampel itu kemudian diambil oleh laboratorium Sucofindo, Forensik Polri, Disperindag, dan Kementan.
Dari keempat laboratorium, hanya laboratorium milik Sucofindo (BUMN di bidang bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian) saja yang menyatakan beras itu memang beras sintetis. Bahkan karena pernyataan itu, Wali Kota Bekasi langsung mengeluarkan pernyataan tentang peredaran beras plastik di wilayah kerjanya.
![]() Beras asli (Foto: Aditya/detikcom) |
Baca juga: Ini 4 Perbedaan Beras Asli dengan Beras Plastik
Dijelaskan oleh Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo, Adisam ZN, dari sampel yang didapat terbukti bahwa beras tersebut positif berbahan baku plastik dengan kandungan senyawa Polyvinyl Chloride (PVC). Senyawa ini biasa digunakan dalam industri pembuatan kabel, pipa, atau industri lain yang menggunakan bahan baku plastik.
Adisam menambahkan, sekilas bulir beras asli dan beras plastik terlihat mirip. Namun bila diperhatikan baik-baik, akan terlihat beras asli berwarna lebih keruh dan ada guratan sekam padi. Sementara bulir beras plastik lebih bening dan mulus. Tidak ada guratan. "Ini yang palsu, lebih bersih dan mulus," ucap Adisam.
Cara lain untuk membedakan keduanya adalah dengan memasaknya. Menurut Adisam, beras asli akan melembek dan melebar seperti bubur, serta air rendamannya berubah menjadi keruh. "Kalau yang palsu airnya tidak keruh dan berasnya tidak mengembang. Saat dimasak, beras yang asli menyerap air dan tidak menggumpal. Sedangkan beras plastik lengket dan menggumpal," tambahnya.
Adisam menduga beras plastik ini sengaja dibuat dan diolah menyerupai beras asli, kemudian saat didistribusikan, beras tiruan ini dicampur dengan beras asli.
Sampel yang diteliti Sucofindo pun kemudian diteliti kembali di laboratorium forensik, tetapi hasilnya tetap negatif. Dari situ pihak kepolisian menyatakan beras plastik itu tidak benar-benar ada dan beredar di Indonesia, sehingga masyarakat tidak perlu resah. Bahkan ada yang menyebut, isu ini sarat muatan politis semata.
Baca juga: Awas! Paparan Plastik Bukan Cuma dari Beras Tapi Juga Tempat Makan
Terlepas dari itu, konsultan saluran cerna dari RS Cipto Mangunkusumo, dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM berpendapat, jika benar beras tersebut mengandung plastik, maka saat dimasak beras itu dapat melepas racun, yang kemudian bisa terserap usus dan merusak organ-organ tubuh yang penting seperti hati, ginjal, sistem reproduksi serta saluran cerna.
Hal senada juga dikemukakan Adisam. "Risiko langsung konsumsi terus takaran tak terbatas, akan sebabkan sakit perut, mual, karena tidak bisa langsung dicerna. Proses jangka lama dari riset menimbulkan dampak kanker," katanya.
Bahkan menurut Adisam, bahan senyawa plastik ini di Eropa sudah dilarang digunakan sebagai bahan baku mainan karena cukup berbahaya jika sampai tertelan anak-anak. "Jadi tentu tidak boleh digunakan di dalam bahan pangan," tegasnya.
![]() Beras plastik (Foto: Aditya/detikcom) |
(lll/up)













































