Salah satu teori menyebut garis tangan terbentuk untuk memudahkan grip atau genggaman tangan saat memegang sesuatu. Bayangkan jika tidak ada garis-garis tersebut, kulit akan membentuk banyak lipatan saat mengepal. Tangan akan sulit memegang sesuatu karena telapaknya penuh oleh lipatan-lipatan tersebut.
Teori ini diperkuat dengan letak garis-garis utama, yang umumnya berada di sekitar tulang dan otot-otot besar di telapak tangan. Contohnya thenar crease yang berada di antara jempol dan jari telunjuk, dan berujung di pergelangan tangan. Dalam palmistry atau seni membaca garis tangan, ini disebut garis hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Garis Tangan Bertanda M, Benarkah Istimewa? Yuk Tanya Dokter
Ketiga garis utama tersebut, ditambah satu garis memanjang yang disebut medial crease atau garis nasib, membentuk formasi huruf M di telapak tangan. Namun pada 10 persen dari populasi, garis jantung dan garis kepala menyatu membentuk single transverse palmar crease.
Anomali pada bentuk garis tangan dikaitkan juga dengan proses tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Pada down syndrom misalnya, hampir separuh pengidapnya memiliki single transverse palmar crease atau dikenal juga dengan istilah garis simian.
Garis-garis tersebut diyakini terbentuk pada janin sejak usia kandungan 12 pekan. Namun seperti halnya sidik jari, bagaimana persisnya garis-garis di telapak tangan itu bisa terbentuk hingga kini masih misterius. Begitu juga, kaitannya dengan kepribadian dan apalagi dengan nasib maupun peruntungan.
Yang pasti, pola tersebut tercetak hingga ke bawah permukaan kulit sehingga tidak rusak hanya karena cedera. Para ahli menyebut kulit di telapak tangan adalah yang paling tebal dibandingkan kulit di permukaan tubuh yang lain. Di telapak tangan, jumlah kelenjar keringatnya lebih banyak tetapi tidak ada satupun kelenjar rambut.
![]() |
(up/ajg)












































