Pemerintah AS melalui CDC (Center of Disease Control and Prevention) mengeluarkan guideline tersebut baru-baru ini. Dalam guideline tersebut, dokter diminta menanyakan riwayat bepergian ke negara-negara yang sedang mengalami outbreak virus zika.
Demikian juga, ibu hamil yang punya riwayat bepergian diminta untuk melaporkan gejala yang kemungkinan muncul dalam 2 pekan sesudahnya. Selain diminta untuk tes zika, para ibu hamil juga disarankan untuk tes USG (Ultrasonografi) untuk mendeteksi risiko mikrosefali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Indonesia Sedang Rawan DBD, Waspadai Juga Virus Zika yang Hebohkan Brazil
Sebaran kasus infeksi virus zika
Di Brazil, kasus mikrosefali meningkat tajam bersamaan dengan terjadinya outbreak virus zika. Penelitian awal mengaitkan risiko mikrosefali dengan infeksi zika pada trimester awal kehamilan, namun keterkaitannya masih harus dikonfirmasi dengan penelitian lebih lanjut.
Mikrosefali merupakan kelainan bawaan yang ditandai dengan lingkar kepala lebih kecil dari normal. Kondisi ini biasanya disertai dengan kerusakan otak. Keterkaitannya dengan infeksi virus zika belum 100 persen terkonfirmasi, tetapi telah memicu kewaspadaan di banyak negara.
Indonesia mengkonfirmasi infeksi virus zika pada November 2015. Peneliti dari lembaga biologi molekuler Eijkman menyebut, infeksi virus zika pada umumnya bersifat mild atau ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun kewaspadaan tetap diperlukan.
Mikrosefali di Brazil
Baca juga: Kemenkes Sudah Terima Laporan Infeksi Virus Zika di Indonesia (up/vit)











































