Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Prof M Nasir, PhD, mengatakan kurang lebih 92 persen bahan baku obat di Indonesia masih diimpor dari negara lain. Akibatnya, harga obat yang beredar di masyarakat masih mahal.
"Kalau 92 persen impor, bagaimana BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan menggunakan obat? Dampaknya dirasakan oleh masyarakat yang ditanggung BPJS dan akibatnya beban negara semakin besar," tutur Prof Nasir, dalam acara pembukaan Ristekdikti-Kalbe Science Awards 2016, di Gedung D, Kemristekdikti, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (15/3/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kaya Keanekaragaman Hayati, RI Tak Perlu Impor Bahan Baku Obat Herba
Prof Nasir mengatakan sudah ada beberapa obat yang dihasilkan dari tanaman asli Indonesia. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan harapan adanya sinergi dengan industri farmasi agar obat-obat ini bisa digunakan.
"Kalau sudah dalam bentuk kaplet gitu kan tidak bisa disebut obat tradisional lagi, sudah dibuat dengan teknologi. Penelitiannya juga sudah ada obat kolesterol dan obat hipertensi," ungkapnya lagi.
Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk, Pre Agusta, mengatakan untuk menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat luas, perlu ada sinergi yang baik antara akademisi, pemerintah dan industri. Adanya Ristekdikti-Kalbe Science Awards 2016 ini diharapkan bisa memunculkan penelitian dan inovasi baru dari Indonesia di bidang kesehatan.
"Dengan adanya sinergi akan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak. Dan nantinya Indonesia bisa bersaing dengan negara lain terutama di bidang kesehatan," ungkapnya. (mrs/up)











































