Dalam The 8th Women's Health Expo and Bazaar 2016 di Gran Sahid Jaya Hotel, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu (23/4/2016), Menkes Nila F Moeloek mengingatkan bonus demografi yang terancam oleh peningkatan jumlah perokok anak.
Menkes mengutip data dari The Tobacco Atlas, Fifth Edition tahun 2015, di mana menunjukkan prevalensi perokok laki-laki usia lebih dari atau sama dengan 15 tahun di Indonesia mencapai 67 persen. Angka ini lebih tinggi ketimbang negara lain di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Banyak Anak Terpapar Asap Rokok, Indonesia Bisa Punya Generasi Cebol
Bonus demografi seharusnya bisa dinikmati di 2030-an. Namun jika perokok anak angkanya terus meningkat, maka bisa menjadi ancaman. Bonus demografi merupakan fenomena di mana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan karena jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sedangkan proporsi usia muda semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.
Badan Keluarga Berencanan Nasional (BKKBN) pernah menyampaikan pada tahun 2020-2030, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif. Saat itu usia tidak produktif diperkirakan 60 juta jiwa.
Perokok, apalagi jika itu dilakukan anak-anak, ditegaskan Menkes bisa menjadi ancaman bagi human capital, pertumbuhan ekonomi, dan ketahanan bangsa.
Baca juga: Belajar dari Kisah Almarhum Robby yang Merokok Sejak Kelas 6 SD
(vit/ajg)











































