Survei detikHealth yang dilakukan baru-baru ini mengungkap 58 responden baru menemui dokter bila memang sakitnya sudah tak tertahankan. Dan ini merupakan jawaban terbanyak yang diberikan responden.
Tetapi banyak juga responden yang berinisiatif untuk memeriksakan diri ke dokter, karena didorong oleh rasa penasaran dengan penyebab sakitnya. Ini adalah jawaban dari 33 responden. Sedangkan sisanya tergantung pada 'dorongan keluarga' (18 orang).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apakah mereka langsung ke dokter? Mayoritas responden (74 responden) ternyata lebih memilih menggunakan pengobatan alami yang infonya diperoleh dari internet terlebih dahulu. Sedangkan 12 responden memilih pengobatan alternatif.
Di luar itu, banyak juga responden memilih membeli obat sendiri atau yang dijual bebas, entah di toko obat maupun apotek (8 responden), sekalian berkonsultasi pada apoteker; menahan sakit atau mengabaikan sakit yang dirasa dan menganggap nanti sembuh sendiri (11 responden); dan memilih tiduran atau istirahat di rumah saja (2 responden).
Baca juga: Pasien Indonesia Sulit Terima Kenyataan Jika Sakitnya Berat
dr Mangatas Manalu, SpPD dari RS Mayapada Lebak Bulus Jakarta Selatan juga mengungkapkan, memang ada beberapa kondisi yang kemudian memaksa seseorang untuk memeriksakan diri ke dokter. "Pertama, gejala sudah parah, karena kalau sudah gejala seperti muntah darah, apakah berani dilarikan ke alternatif?" jelasnya.
Kedua, lanjut dr Mangatas, pasien cenderung ingin mencari second opinion atau opini kedua terkait diagnosis penyakitnya. "Pasien datang ke saya itu pasti sudah tidak 'perawan', artinya pasti sudah datang ke tempat lain, baik itu alternatif atau ke dokter yang lain, baru datang ke saya untuk meminta second opinion," urainya.
Ditambahkan Anna Surti Ariani, M.Psi., dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebagian orang juga akhirnya tersadar dan mau ke dokter ketika memikirkan keluarganya.
"Ketika sakit sudah bertambah parah, pasien baru berpikir tentang bagaimana jika meninggal, bagaimana dengan anak istrinya, atau keluarga yang tulang punggungnya adalah saya, ketakutan meninggal, dan efek setelah meninggal sih biasanya," paparnya.
Ada juga yang disadarkan orang, imbuh Anna, misal karena diberitahu jika tidak segera diperiksakan sekarang, maka akan lebih sakit, lebih banyak treatment atau pengobatan yang diperoleh dan lebih banyak lagi uang yang keluar.
Baca juga: 4 Pertimbangan Saat Mencari Second Opinion dari Dokter Lain
Di sisi lain, dr Indra Wijaya, SpPD, M.Kes., dari RS Siloam Karawaci mengakui jika keputusan pasien untuk melanjutkan ke dokter, alternatif atau bahkan terkesan mendiamkan ketika didiagnosis dengan penyakit berat merupakan pilihan masing-masing pasien.
"Tidak dapat dipaksakan, tergantung dari karakteristik individu, latar belakang sosial-budaya, latar belakang pendidikan, kondisi finansial, dan kepercayaan pasien," ujarnya. (lll/vit)











































