Sebuah penelitian tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 3.906 responden dengan hipertensi, 67 persen di antaranya mengalami keluhan disfungsi ereksi. Dalam penelitian lain pada 2006, 43,2 persen dari 800 pasien hipertensi di Mesir juga mengidap disfungsi ereksi.
Konsultan ginjal dan hipertensi dari Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dr Tunggul D Situmorang, SpPD mengatakan bahwa hipertensi bisa menyebabkan arteriosklerosis atau penebalan dan pengerasan pembuluh darah. Jika terjadi pada pembuluh darah yang menuju penis, maka dampaknya adalah disfungsi ereksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, disfungsi ereksi juga bisa terjadi sebagai dampak dari pengobatan hipertensi. Menurut dr Tunggul, beberapa jenis obat anti hipertensi yakni golongan diuretik dan beta bloker 'dicurigai' menimbulkan gangguan fungsi seksual.
"Namun belum ada bukti yang jelas terkait hal ini," kata dr Tunggul, dalam temu media di Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) House, Bendungan Hilir, Jakarta Selatan, Rabu (18/5/2016).
Baca juga: Hipertensi Dianggap Normal, Masyarakat Cenderung Menyepelekan
Tentu saja, disfungsi ereksi bukan satu-satunya dampak buruk dari hipertensi yang tidak tertangani. Dampak lain bahkan lebih mematikan yakni stroke dan serangan jantung, sehingga hipertensi digolongkan sebagai salah satu faktor risiko paling mematikan di dunia.
Sayangnya, tidak semua orang punya kesadaran untuk mengukur tekanan darahnya sendiri. Ancaman kematian dini akibat berbagai penyakit yang berhubungan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi, seolah terabaikan dan tidak dianggap menakutkan.
"Beberapa orang lebih takut impotensi daripada takut mati," kata dr Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA, pakar jantung dan hipertensi yang juga salah satu pendiri InaSH.
Baca juga: Perempuan Lebih Berisiko Kena Hipertensi, Ini Sebabnya
(up/vit)











































