Ahli biologi Andres Ruiz-Linares dari University College London mengatakan tiap bentuk hidung yang ada saat ini berevolusi dalam lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu tentunya akan ada alasan yang spesifik untuk tiap bentuk lebih dari alasan estetika saja.
"Ambil contoh hidung orang Eropa yang cenderung lebih sempit, itu kemungkinan merupakan adaptasi dari iklim di sana yang beku dan kering," kata Andres seperti dikutip dari Live Science.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana kita bisa mengidentifikasi genetik yang memengaruhi bentuk hidung akan membantu kita dengan alat baru untuk menjawab pertanyaan ini, dan juga bagaimana evolusi wajah pada spesies lain," lanjut Andres.
Andres dan tim telah berusaha meneliti data genetik dari sekitar 6.000 orang yang memiliki darah turunan Kaukasia, Afrika, dan Amerika asli. Mereka ingin tahu bagaimana tiap gen berperan membentuk hidung sehingga nantinya peneliti bisa juga melacak evolusi manusia dari Neanderthal (manusia purba) hingga manusia modern.
Hasilnya ditemukan ada tiga gen pertumbuhan tulang dan tulang rawan yang tampaknya dominan membentuk hidung. Dua gen bernama GLI3 dan PAX1 disebut punya efek dalam menentukan besar lubang hidung. Sementara gen bernama DCH2 mengendalikan lancipnya hidung.
Baca juga: Bukan Saudara Tapi Wajah Jadi Mirip Usai Operasi Plastik, Apa Sebabnya?
Peneliti mengatakan dalam laporan di jurnal Nature Communication bahwa tiga gen tersebut adalah yang belakangan berubah pada masa manusia modern. Temuan ini menunjukkan bahwa kemungkinan ketiganya adalah gen yang paling mudah terpengaruh oleh seleksi natural.
(fds/vit)











































