Hipertensi dan Demensia, Dua Penyakit yang Gerogoti Produktivitas Lansia

Jakarta - Orang lanjut usia (lansia) yang sehat dan produktif merupakan investasi bagi masa depan keluarga. Sayangnya, penyakit tidak menular seperti hipertensi dan demensia masih mengancam lansia di Indonesia.

Prof Dr dr Siti Setiadi, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM, Ketua Persatuan Gerontologi Medik (PERGEMI), mengatakan populasi penduduk berusia di atas 60 tahun di Indonesia sekitar 24 juta jiwa. Hanya saja, yang masih produktif dan dikategorikan sehat hanya sekitar 25 persennya.

"Hanya 25 persen lansia di Indonesia yang dikatakan sehat sekali, artinya tidak memiliki masalah kesehatan. Sisanya dikategorikan kurang sehat tetapi masih mandiri, artinya penyakitnya bisa terkontrol dan sakit tapi tidak mandiri. Ini yang berbahaya," tutur Prof Siti, dalam temu media di Kementerian Kesehatan, baru-baru ini.

Baca juga: Usia Harapan Hidup di Indonesia Meningkat, Jumlah Lansia Makin Banyak

Prof Siti menegaskan bahwa pada lansia, disabilitas lebih merugikan daripada kematian. Jika lansia mengalami disabilitas, biaya serta waktu yang dikeluarkan untuk merawat akan lebih besar.

Hipertensi dan demensia menjadi dua penyakit utama yang menggerogoti produktivitas lansia. Prof Siti menjelaskan bahwa pada hipertensi, risiko komplikasi yang menyebabkan disabilitas seperti stroke, gagal ginjal hingga penyakit sangat besar.

"Pasien stroke berat kan dia nggak bisa ngapa-ngapain kan, apa-apa harus dibantu. Sama seperti gagal ginjal dan jantung yang aktivitasnya terbatas. Produktivitas mereka pun akhirnya berkurang," tandasnya.

Sementara pada pasien demensia, gangguan fungsi kognitif membuat mereka mudah lupa atau pikun. Jika dibiarkan tanpa pengawasan, lansia bisa keluar rumah tanpa diketahui dan akhirnya tidak bisa pulang karena lupa jalan menuju rumah.

Karena itu, peran keluarga dalam menjaga lansia harus maksimal. Rundingkan dengan keluarga langkah apa yang harus diambil seperti memperkejakan caregiver atau menempatkan lansia di panti jompo.

"Kalau kita budaya ketimuran masih diusahakan akan dirawat di rumah biasanya. Tapi kalau memang keluarga tidak mampu dan ada pertimbangan lain yang memberatkan untuk dirawat di rumah, memang lebih baik dirawat di panti werdha atau panti sosial," terangnya.

Baca juga: BAHAGIA, Kiat dari Dokter Agar Bisa Menjadi Lansia Produktif (mrs/up)