"ILM kali ini menampilkan sisi berbeda dari bahaya merokok. Sebelumnya banyak menghadirkan korban, tahun ini tampilkan dampak sosial dari merokok. Dan bagaimana dampak merokok ini bagi anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa," tutur Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Dr Anung Sugihantono MS.
Hal itu disampaikan Anung di Peluncuran Iklan Layanan Masyarakat 'Suara Hari Anak' di Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (27/6/2016). Iklan berdurasi 30 detik ini bakal ditayangkan di 6 stasiun TV nasional selama 4 minggu sejak 16 Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Terpapar Nikotin, Ribuan Anak di Ladang Tembakau Bisa Mengalami Gejala Keracunan
Anung menjelaskan, iklan ini dibuat salah satunya berdasarkan pengalaman yang ditemui salah satu pegiat anti rokok Fuad Baradja saat ia bertemu seorang nelayan di Muara Angke bernama Sam. Nelayan tersebut berpenghasilan Rp 50 ribu dan merokok 4,5 bungkus dengan harga per bungkus Rp 5 ribu. Dua dari 4 anak Sam putus sekolah. Sam mengaku lebih baik sang anak berhenti sekolah daripada ia yang berenti merokok. Hingga akhirnya 4 anak Sam berhenti sekolah.
Hadir dalam kesempatan sama, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menekankan bahwa sebagai orang tua pastinya harus bertanggung jawab pada sang anak. Ketika orang tua merokok, maka anak-anak berisiko terpapar asap rokok.
"Gimana masa depan mereka? Apalagi sekarang persaingan bangsa udah nggak ada batasnya. Saat ini kalau bicara akibat rokok dengan kesehatan nggak fair ya. Perlu juga peran sektor lain. Seperti Kemendikbud juga bertanggung jawab mengapa saat ini banyak anak merokok. Apakah dibolehkan jual rokok di sekitar sekolah dengan harga yang bisa murah sekali, Rp 1.000," tutur Menkes Nila.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan jumlah perokok usia 5 tahun ke atas meningkat dari 34,2 persen menjadi 36,3 persen. Data Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 menunjukkan jumlah perokok usia 13-15 tahun di Indonesia sebanyak 20,3 persen dan 57,3 persen anak terpapar asap rokok di rumah. Anak-anak juga mengaku pernah melihat promosi rokok di toko (60,7 persen), TV, video, atau film (67,2 persen), dan pernah ditawari sales rokok (7,9 persen).
Baca juga: Kemenkes Cemaskan Permen Rokok di Lapak-lapak Online (rdn/up)











































