Satu per satu pasien dipanggil oleh perawat jaga, dengan telaten puluhan obat ia pilah dan ia berikan pada pasien yang ada di dalam bangsal. Bagi pasien rehabilitasi dengan lancar sang perawat bisa berkomunikasi, tapi ketika merawat pasien gangguan jiwa tentu ada perlakuan istimewa.
Beberapa pasien rehabilitasi juga tak segan membantu perawat saat meminumkan obat bagi pasien gangguan jiwa. Sedikit rayuan sang perawat, puluhan kapsul obat akhirnya bisa ditelan oleh seorang pasien gangguan jiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca juga: Bukan Hanya Pasien, Dokter Jiwa Juga Kerap Dipandang 'Nggak Pakai Mata'
Di dalam gedung ini ada 2 bangsal terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Di ruangan ini ialah tempat rawat inap bagi pasien yang dianggap sudah bisa berkomunikasi layaknya orang normal.
Meski begitu masih dijumpai berbagai ekspresi pasien rawat inap. Ada pemuda yang penuh tato dengan wajah sumringah. Namun ada sebagian juga yang terlihat sosok wajah murung, melamun, menyendiri dan tak bersemangat.
Di gedung terpisah ada sebuah ruangan isolasi yang terdiri dari 4 ruangan. Para pasien menghuni 1 kamar. Di bangsal ini khusus dihuni oleh pasien yang memiliki hasil observasi gangguan jiwa parah.
![]() |
Setiap hari, seluruh pasien diberi obat-obatan sesuai kebutuhan. Puskesmas ini berdiri di lahan sekitar 1 hektar lebih, maka tak heran jika sesekali pasien diberi kebebasan untuk keluar bangsal dan berjalan jalan di sekitar halaman puskesmas.
"Pasien dengan hasil observasi parah ditaruh di ruang isolasi dulu karena biasanya belum bisa di kendalikan, masih marah-marah. Kalau sudah ada kemajuan secara psikologis, baru dipindah ke ruang psikiatri yang tadi," sambung pria berkaca mata tersebut.
Meski pelayanan medis bagi pasien gangguan jiwa dinilai bagus, namun pendampingan secara rohani masih minim. TH (16) pasien rehabilitasi narkoba mengungkapkan jika ia berharap ada pendampingan secara agama yang berkesinambungan.
"Perawat sama dokternya bagus, cuma di sini gak ada pak ustaznya. Kalau ada pak ustaznya kan enak bisa belajar salat dan ngaji juga," tutur TH.
Sesekali terlihat beberapa pasien saling menasihati dan memberi wejangan. Mengingatkan agar tak lagi terjerumus lingkungan pemakai narkoba.
Baca juga: Tampil 'Cantik' Jadi Salah Satu Strategi RSJ Ini Hapus Stigma Gangguan Jiwa
"Masak kamu ndak kasihan sama ortu bolak-balik masuk rehabilitasi. Sekarang kita harus pilih-pilih teman, yang baik kita gunakan yang buruk ditinggalkan. Kita ndak usah bergaul lagi sama teman-teman pemakai, abis ini mondok saja di pesantren," imbuhnya.
![]() |
Puskesmas Licin ini adalah satu-satunya puskesmas di Banyuwangi yang memberikan pelayanan rawat jalan dan inap bagi pasien gangguan jiwa dan sekaligus rehabilitasi pengguna obat-obatan terlarang. Namun, puskesmas ini belum bisa optimal dalam menangani pecandu kronis. Apalagi di Banyuwangi belum ada panti rehabilitasi seperti milik lembaga Badan Narkotika Nasional (BNN).
Kabid Pelayanan Kesehatan dan Farmasi, Mujito, menambahkan, tak hanya melayani pasien gangguan jiwa dan rehabilitasi narkoba. Di Puskesmas Licin ini juga melayani pasien rawat umum. Pasien baik dengan jaminan SPM, BPJS dan umum. Untuk penanganan intensif kejiwaan ada 2 dokter umum dan 1 dokter spesialis jiwa. Di puskesmas ini juga disediakan 2 tenaga psikolog.
"Namun tak bisa dipungkiri jika saat ini masih melakukan perbaikan ruang-ruang perawatan medis. Karena sementara perawatan gangguan jiwa dan rehab narkoba masih jadi satu," pungkasnya. (vit/vit)














































