Kemudahan Akses Transportasi Berdampak pada Maraknya Penyakit Infeksi Dunia

Kemudahan Akses Transportasi Berdampak pada Maraknya Penyakit Infeksi Dunia

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 24 Agu 2016 11:36 WIB
Kemudahan Akses Transportasi Berdampak pada Maraknya Penyakit Infeksi Dunia
Ilustrasi pesawat, salah satu alat transportasi. (Foto: Thinkstock)
Nusa Dua - Maraknya wabah penyakit infeksi baru dan penyakit infeksi lama yang muncul kembali sangat meresahkan masyarakat dunia. Pakar mengatakan salah satu sebab mengapa penyakit infeksi menjadi ancaman kesehatan global adalah karena mudahnya akses transportasi antar negara saat ini.

Pakar penyakit infeksi dan virologi dari Jerman, PD Dr Maren Eggers, mengatakan perbaikan dan peningkatan pelayanan transportasi antar negara menjadikan risiko penyebaran penyakit infeksi bertambah besar. Virus yang dulu diketahui endemis di suatu negara bisa saja ditemukan di belahan dunia lain karena manusia juga berfungsi sebagai carrier (pembawa) virus.

"Seperti yang dikatakan ahli kesehatan dari seluruh dunia, virus tidak memerlukan paspor untuk masuk ke suatu negara," paparnya, dalam sesi wawancara eksklusif Mundipharma di 33th World Congress of International Medicine, di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (23/8/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut dalam waktu 15 tahun terakhir, tercatat ada beberapa wabah penyakit yang menjadi perhatian dunia internasional. Salah satunya adalah ancaman penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang merebak di China pada tahun 2003. Beberapa tahun kemudian, kasus flu burung di Asia dan Asia Tenggara serta flu babi di Meksiko membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terjun langsung menangani wabah-wabah tersebut.

Baca juga: Prosedur Deteksi Penumpang Guna Cegah Masuknya Infeksi Penyakit dari Negara Lain

Tahun 2012, virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) muncul di Arab Saudi dan menular ke Uni Emirat Arab dan negara-negara timur tengah lainnya. Tahun lalu, epidemi Ebola menelan korban puluhan ribu jiwa di bagian barat Afrika dan membuat Sierra Leone, Liberia dan Guinea mereformasi sistem kesehatan negaranya.

Yang terbaru, virus Zika yang mewabah di Brasil membuat ratusan anak lahir dengan mikrosefali. Virus Zika pun diketahui sudah ditemukan di lebih dari 30 negara, terutama negara-negara di kawasan Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia.

"Padahal virus Zika berasal dari Kepulauan Polinesia dan baru terdeteksi di Brasil setelah penyelenggaraan Piala Dunia 2014. Setelah itu, virus ini menyebar ke berbagai belahan dunia," tambahnya.

Contoh nyata lainnya adalah wabah MERS di Korea Selatan tahun lalu. Wabah MERS di Korea Selatan bersumber dari seorang pengusaha yang baru saja kembali dari urusan bisnis di Timur Tengah. Dikatakan dr Eggers, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari kasus ini.

Pertama, orang Asia cenderung enggan mengungkapkan seluruh gejala penyakit yang dialaminya. Hal ini terlihat dari pasien MERS di Korea tersebut yang berpindah-pindah rumah sakit dan menularkan virusnya ke banyak orang.

Kedua, kurangnya pengawasan dan surveilans dari Korea tentang MERS. Dr Eggers menyebut hal ini sebagai kewajaran, mengingat Korea memang sebelumnya tidak pernah mengalami kasus MERS, SARS, ataupun flu burung.

"Namun respons pemerintah Korea patut dipuji karena mereka berhasil menyelesaikan wabah hanya dalam waktu 90 hari," tandasnya.

Baca juga: Ini Beda Prosedur 3 Tangkal di Bandara dan Pelabuhan Guna Cegah Penyakit Infeksi

(mrs/vit)

Berita Terkait