Pakar penyakit infeksi dan virologi dari Jerman, PD Dr Maren Eggers, mengatakan perbaikan dan peningkatan pelayanan transportasi antar negara menjadikan risiko penyebaran penyakit infeksi bertambah besar. Virus yang dulu diketahui endemis di suatu negara bisa saja ditemukan di belahan dunia lain karena manusia juga berfungsi sebagai carrier (pembawa) virus.
"Seperti yang dikatakan ahli kesehatan dari seluruh dunia, virus tidak memerlukan paspor untuk masuk ke suatu negara," paparnya, dalam sesi wawancara eksklusif Mundipharma di 33th World Congress of International Medicine, di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Selasa (23/8/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Prosedur Deteksi Penumpang Guna Cegah Masuknya Infeksi Penyakit dari Negara Lain
Tahun 2012, virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS) muncul di Arab Saudi dan menular ke Uni Emirat Arab dan negara-negara timur tengah lainnya. Tahun lalu, epidemi Ebola menelan korban puluhan ribu jiwa di bagian barat Afrika dan membuat Sierra Leone, Liberia dan Guinea mereformasi sistem kesehatan negaranya.
Yang terbaru, virus Zika yang mewabah di Brasil membuat ratusan anak lahir dengan mikrosefali. Virus Zika pun diketahui sudah ditemukan di lebih dari 30 negara, terutama negara-negara di kawasan Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia.
"Padahal virus Zika berasal dari Kepulauan Polinesia dan baru terdeteksi di Brasil setelah penyelenggaraan Piala Dunia 2014. Setelah itu, virus ini menyebar ke berbagai belahan dunia," tambahnya.
Contoh nyata lainnya adalah wabah MERS di Korea Selatan tahun lalu. Wabah MERS di Korea Selatan bersumber dari seorang pengusaha yang baru saja kembali dari urusan bisnis di Timur Tengah. Dikatakan dr Eggers, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari kasus ini.
Pertama, orang Asia cenderung enggan mengungkapkan seluruh gejala penyakit yang dialaminya. Hal ini terlihat dari pasien MERS di Korea tersebut yang berpindah-pindah rumah sakit dan menularkan virusnya ke banyak orang.
Kedua, kurangnya pengawasan dan surveilans dari Korea tentang MERS. Dr Eggers menyebut hal ini sebagai kewajaran, mengingat Korea memang sebelumnya tidak pernah mengalami kasus MERS, SARS, ataupun flu burung.
"Namun respons pemerintah Korea patut dipuji karena mereka berhasil menyelesaikan wabah hanya dalam waktu 90 hari," tandasnya.
Baca juga: Ini Beda Prosedur 3 Tangkal di Bandara dan Pelabuhan Guna Cegah Penyakit Infeksi
(mrs/vit)











































