Kondisi semacam ini biasa disebut sebagai Congenital Melanocytic Nevus, yang dianggap langka karena hanya ditemukan pada tiap satu dari 20.000 anak.
"Ini sudah terjadi sejak ia lahir, bahkan punggungnya hitam dan berdarah," kata sang ibu Kara (38).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di usianya yang baru empat tahun ini, 50 persen tahi lalat di tubuh Dylan sudah diangkat dan agar kulitnya kembali normal, tim dokter menggunakan expander atau semacam balon.
Balon ini lantas diletakkan di bawah kulit, kemudian diisi dengan cairan garam agar kulit pasien menjadi melar. Prosedur ini mirip dengan yang digunakan saat memasang implan payudara.
Tiga bulan berikutnya, expander-nya dikeluarkan dan kulit yang sudah melar tadi digunakan untuk menutup bekas tahi lalat yang sudah diangkat.
"Yang sudah diangkat adalah bagian-bagian yang halus seperti seputaran leher, bahu dan punggung atas. Kami berharap bisa mengangkat semuanya, sehingga kekhawatiran tentang kanker tadi akan berkurang," tutur Kara seperti dilaporkan news.com.au.
Untuk memastikan tahi lalatnya tidak tumbuh menjadi kanker, Dylan juga harus rutin menjalani scan MRI sebanyak dua kali dalam setahun.
Baca juga: Giant Congenital Nevus Bersifat Genetik, Bisakah Dicegah?
Terlepas dari risiko tersebut, wanita yang tinggal di Atlanta, Georgia itu juga menyayangkan perlakuan orang lain ketika melihat kondisi fisik Dylan. Bahkan ada yang menyebut Dylan sebagai 'monster'.
"Kami pernah diusir oleh manajer supermarket karena ada konsumen yang mengeluhkan anak kami. Tetapi kami tak mau bersembunyi begitu saja dan saya tahu ini akan berpengaruh kepadanya," tegas Kara.
Benar saja, karena kedua orang tuanya yang begitu tegar, Dylan pun tumbuh menjadi anak yang pemberani dan tak minder. Tiap kali bepergian keluar rumah, Dylan dan kedua orang tuanya selalu membawa kartu informasi yang berisi penjelasan tentang Congenital Melanocytic Nevus berikut tautan ke Facebook kelompok pendukung untuk anak dengan kondisi seperti Dylan.
"Kami tak tahu seperti apa masa depannya, tetapi kami akan melakukan segala cara agar Dylan bisa terus bersama kami," tekad Kara.
Kara juga membuka akun di situs penggalangan dana GoFundMe karena keluarganya membutuhkan dana lebih untuk membiayai seluruh pengeluaran saat Dylan dirawat di rumah sakit dan dioperasi.
Baca juga: Komplikasi Giant Congenital Nevus Sebabkan Kanker Kulit dan Gangguan Saraf
Kepada detikHealth, dr Rachel Djuanda, SpKK dari RSU Bunda Menteng menjelaskan kondisi seperti ini sebenarnya tidak berbahaya. "Tapi kalau giant congenital nevus munculnya banyak, bisa jadi merupakan kumpulan tumor jinak. Ini harus diwaspadai karena bisa saja merupakan sindrom dari penyakit yang lebih berat," paparnya.
Risiko pasien dengan Congenital Melanocytic Nevus yang tumbuh menjadi kanker juga bervariasi, dari 5-10 persen atau 1-2 persen saja. Namun jika kondisinya ditemukan di otak ataupun tulang belakang seperti halnya Dylan, risikonya memang lebih tinggi. (lll/vit)











































