Psikolog anak, Najeela Shihab, menuturkan pada anak yang 'jijikan' harus dilihat dulu apa yang dimaksud. Bisa jadi karena memang anaknya takut kotor sehingga jadi cemas jika terkena sesuatu yang kotor maupun takut berlebihan untuk menjadi kotor.
Tapi ada juga anak dianggap 'jijikan' padahal sebenarnya sangat sensitif dalam sensoris. "Jadi buat dia kalau kena pasir itu nggak enak banget, misal salaman sama orang buat kita mudah banget tapi buat dia keras banget," tutur perempuan yang akrab disapa Ela ini dalam perbincangan dengan detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ela, terapi integrasi sensoris adalah latihan yang dilakukan pada panca indera yang mengalami gangguan. Ela mencontohkan jika anak memiliki gangguan sensoris perabaan, latihan yang bisa dilakukan dapat dengan mengajarkan anak merasakan tepung yang polos dengan tepung yang ditambahkan air.
Baca juga: Ortu Biarkan Anak Main Gadget Sepuasnya Saat Liburan? Ini Kata Psikolog
"Itu kan rasanya beda (tepung polos dan tepung yang ditambahkan air) atau juga bisa dengan bermain air, sambil mandi atau bermain musik pakai air, main pasir, atau berjalan kaki di rumput itu semua rangsangan sensoris buat perabaan," sambung Ela.
Ela juga menambahkan, anak di bawah umur enam tahun harus diberikan latihan sensoris. Jika tidak diberikan latihan sensoris, pengalaman sensoris anak akan tidak matang dan menyebabkan gangguan belajar seperti sulit konsentrasi dan lambat dalam membaca.
Sedangkan, untuk mendeteksi gangguan sensoris pada anak, Ela mengatakan terapis harus melakukan tes terlebih dahulu karena anak yang suka merasa jijik atau memiliki ketakutan berlebihan pada suatu hal bisa juga disebabkan oleh pola asuh orang tua yang salah.
Baca juga: Anak Kecil Suka Jalan Jinjit Tanda-Tanda Autis?
(vit/vit)











































