Meski demikian, penelitian terbaru yang dilakukan McMaster University di Ontario, Kanada, mengungkap kecanduan pada internet bisa berarti gangguan mental yang 'terselubung', utamanya bila ini terjadi pada anak kuliahan.
Peneliti mendapatkan fakta ini setelah mengamati penggunaan internet pada 254 mahasiswa baru di McMaster University. Untuk evaluasinya, mereka memakai dua metode untuk mengukur tingkat adiksi partisipan, yaitu dengan Internet Addiction Test (IAT) dan metode baru buatan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian tim peneliti membandingkannya dengan kesehatan mental partisipan, termasuk apakah mereka memperlihatkan gejala impulsif, depresi, cemas (ansietas) dan stres.
Baca juga: Kemenkes: Persoalan Gangguan Jiwa di Indonesia Seperti Fenomena Gunung Es
Hasilnya tidak mengejutkan, sebab sebagian besar partisipan yang kecanduan internet dilaporkan kesulitan untuk mengendalikan dirinya ketika melakukan video streaming atau menggunakan media sosial dan chatting.
Di sisi lain, rutinitas harian mereka rata-rata tidak terselesaikan dengan baik. Namun yang paling menonjol adalah gejala depresi, kecemasan dan impulsivitas yang mereka perlihatkan. Orang-orang ini juga sulit untuk memperhatikan satu pekerjaan atau suatu hal, apalagi bila diminta merencanakan sesuatu. Manajemen waktu mereka pun kacau.
"Ini bisa jadi petunjuk jika kita menangani orang-orang dengan indikasi kecanduan, karena faktanya mungkin mereka mengalami gangguan kecemasan atau depresi," simpul Ameringen seperti dilaporkan CBS News.
Dengan kata lain, penggunaan internet yang berlebihan biasanya hanyalah semacam 'penyamaran' dari gangguan psikis ringan hingga berat, seperti perilaku kompulsif dan kecanduan.
Baca juga: Dampak Lain Kecanduan Ponsel, Banyak Orang Mengidap Lowbat Anxiety (lll/vit)











































