Menurut penelitian terbaru, hal ini tidak benar. Isu ini muncul setelah sebuah riset berskala besar dilakukan di tahun 2014. Riset ini menyebut, vasektomi mengakibatkan munculnya risiko kanker prostat sebesar 10 persen dan risiko kanker prostat yang fatal sebesar 20 persen.
Risiko ini dikhawatirkan muncul karena di dalam vasektomi terjadi prosedur pemotongan atau pengikatan saluran vas deferens sehingga sel sperma yang dilepaskan testis tidak bisa keluar. Kebetulan letak kelenjar prostat sangat berdekatan dengan saluran ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi 7.400 partisipan dilaporkan meninggal akibat kanker prostat dalam kurun 30 tahun (lamanya studi dilakukan). Jumlah partisipan yang dilibatkan dalam studi ini sebenarnya sama besarnya dengan studi di tahun 2014, namun riset terbaru memberikan gambaran lebih tentang seberapa fatal risiko kanker akibat vasektomi.
Ini karena mereka melibatkan lebih banyak pasien yang meninggal karena kanker prostat, yaitu mencapai 7.000 orang, bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang meninggal karena kanker prostat dan dilibatkan dalam riset di tahun 2014, hanya berkisar 800 orang.
Baca juga: BKKBN: Dokter Kandungan Punya Andil Besar dalam Kendali Penduduk
"Secara keseluruhan terbukti bahwa vasektomi tidak meningkatkan risiko kanker prostat jenis apapun," ungkap ketua tim peneliti, Dr Eric Jacobs seperti dilaporkan CNN.
Kalaupun muncul risiko kanker prostat, peneliti juga tidak menemukan adanya perbedaan pada mereka yang menjalani vasektomi maupun tidak. Lagipula risiko kanker ini sebenarnya dapat diturunkan dengan perubahan gaya hidup. Jacobs mengutarakan, bila seorang pria ingin terhindar dari kanker prostat, disarankan untuk menjaga berat badannya tetap ideal, dan berhenti merokok bila memiliki kebiasaan tersebut.
"Sebab obesitas dan merokok adalah dua faktor risiko terbesar dari kanker prostat yang paling agresif dan mematikan. Begitu juga dengan risiko penyakit lain," urainya.
Baca juga: Ragam Alasan Vasektomi Belum Populer: Takut 'Loyo' Hingga Dilarang Istri
Tak usah jauh-jauh ke luar negeri, di Indonesia pun kondisinya tak jauh berbeda. Beberapa waktu lalu, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebut vasektomi masih belum menjadi pilihan kontrasepsi yang populer di Indonesia.
"Data klien yang datang ke PKBI untuk kontrasepsi tahun 2014 itu, pil KB 1.481, suntik KB 2.623, implant 659, kondom 15.809, IUD 3.754, tubektomi 1.106 dan vasektomi 44 orang," tutur Heny Widyaningrum, Program Officer untuk layanan Sexual Reproduction Health PKBI.
Alasannya pun beragam, namun yang paling sering diutarakan adalah anggapan bahwa vasektomi sama seperti dikebiri, bahkan memotong penis secara utuh. (lll/vit)











































