Semua berawal pada tahun 2014 ketika Yesi yang baru saja dikaruniai seorang anak perempuan merasakan keanehan dengan bentuk payudaranya. Ada benjolan kecil yang mulai terasa, namun saat itu ia tidak curiga apa-apa dan fokus menyusui saja.
"Februari 2014 waktu itu dia (anak -red) usianya sudah 18 bulan udah bisa berdiri jatuh berdiri jatuh. Nah pas lagi berdiri jatuh gitu kena ke payudara keluar darah. Dari situ suami sebenarnya sudah suruh periksa tapi karena saya mau menyusui sampai umur anak dua tahun akhirnya menyusui dulu aja," kata Yesi ketika ditemui detikHealth pada Minggu, (6/11/2016).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu divonis kanker pertama kali itu rasanya berat sekali. Pikiran kaya udah mau mati aja rasanya," ungkap Yesi.
Dokter di Rumah Sakit Kanker Dharmais menyusun program kemoterapi untuk Yesi selama enam bulan sebelum dilanjutkan dengan operasi pengangkatan payudara. Pada tahun 2015 setelah menjalani operasi kondisi Yesi membaik tidak ada tanda sel kanker kembali.
"Januari 2016 mendadak aja nggak ada tanda apa-apa batuk berdarah. Disuruh foto thorax dan USG perut, ternyata udah terdeteksi ada kanker di paru sama hati," kata Yesi melanjutkan. Dari situ kanker lalu menjalar juga ke tulang dan otak.
Melihat tingkat keparahan penyakit, Yesi mengaku ia beberapa kali sempat pasrah ingin menyerah menjalani pengobatan kanker yang efek sampingnya juga berat untuk tubuh. Namun dukungan dari keluarga selalu memberinya semangat agar terus memperjuangkan hidup.
Sang suami, Dino Fitri Dinar (46), sudah dua tahun berhenti bekerja dan mendedikasikan diri merawat Yesi dan anak semata wayang mereka yang kini sudah berusia empat tahun. Setiap hari Dino selalu menemani Yesi berusaha memenuhi segala kebutuhannya.
"Saya suka bantu istri saya pas sambil tiduran pegang tangannya kita zikir berdua. Kita berdoa berdua kadang sampai mengeluarkan air mata supaya disembuhkan. 'Tolong sembuhkan-sembuhkan. Hilangkan-hilangkan,'" kata Dino.
Ketika ditemui detikHealth di kediamannya, Yesi memiliki kondisi perut yang membesar karena hatinya bengkak. Jalannya juga tertatih karena kanker tulang memberi rasa sakit yang besar apabila dipaksa bergerak.
Yesi kini masih di tengah menjalani terapi radiasi dan juga kemoterapi. Beberapa obat sudah ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, namun untuk biaya sehari-hari keluarga mengandalkan bantuan dermawan dan bila terpaksa menjual barang-barang yang ada di rumah. Untunglah masih ada sisa-sisa furniture yang bisa dijual, karena dulunya mereka punya usaha berjualan furniture yang sekarang terpaksa tutup.
"Sekarang cuma bersyukur saja alhamdulillah. Intinya ikhlas tapi tetap ikhtiar. Teman-teman saya di kamar rumah sakit udah berapa kali ganti. Udah beberapa kali kenalan saling WA (WhatsApp -red) terus mereka 'pergi' duluan," tutup Yesi.
Baca juga: Kisah Perempuan Muda Melawan Kanker Payudara Stadium 4 (fds/vit)











































