Menurut dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, dr Cissy B. Kartasasmita, SpA(K), vaksin yang sudah lama dikenal seperti campak dapat menurunkan kejadian pneumonia.
Selain itu, vaksin batuk rejan atau pertusis dalam vaksin DPT juga bisa diberikan untuk menurunkan risiko pneumonia. DPT atau DTP merupakan campuran dari tiga vaksin yaitu untuk mencegah penyakit difteri (yang menyerang tenggorokan), pertusis (batuk rejan), dan tetanus (infeksi akibat luka yang menimbulkan kejang-kejang).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Langkah Tepat Agar Anak Terhindari dari Risiko Pneumonia
Vaksin Hib umumnya diberikan pada anak usia 2, 4, 6, dan 12 sampai 15 bulan. Efek sampingnya antara lain demam, bengkak, dan kemerahan di lokasi suntikan.
Sementara itu, vaksin PCV saat ini ada yang disebut sebagai PCV-10 dan PCV-13. Perbedaannya adalah jumlah jenis strain bakteri yang terdapat di dalamnya. PCV-10 melindungi anak terhadap 10 jenis Streptococcus pneumoniae, yang merupakan bakteri yang dapat menyebabkan segala macam penyakit termasuk meningitis, pneumonia, infeksi telinga, infeksi darah, dan bahkan kematian. PCV-13 melindungi terhadap 13 jenis Streptococcus pneumoniae.
Vaksin ini diberikan sebanyak empat kali pada anak usia 2, 4, 6, dan 12 sampai 15 bulan untuk melindungi anak dari kuman yang dikenal sebagai bakteri pneumokokus. Vaksin lain yang juga penting dikatakan oleh dr Cissy adalah vaksin influenza.
"Kalau memang mampu, sebaiknya anak diberikan semua. Yang masuk dalam program imunisasi dasar pemerintah baru DPT dan campak, untuk PCV dan influenza belum, masih termasuk dalam daftar imunisasi pilihan. Paling tidak untuk imunisasi pilihan berikan yang PCV. Vaksin-vaksin ini punya daya proteksi tinggi untuk pneumonia," tutur dr Cissy.
(ajg/up)











































