Demikian disampaikan oleh dr Fikry Hamdan Yasin, SpTHT-KL dari Departemen Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher RS Cipto Mangunkusumo Jakarta kepada detikHealth. Menurut dr Fikry, tuli bawaan atau tuli kongenital paling sering terjadi akibat infeksi virus pada ibu saat kehamilan.
"Seringnya itu virus Rubella. Virus ini termasuk TORCH yakni toksoplasmosis, rubella, citomegalo dan herpes. Tapi memang yang paling sering saya temui kasusnya itu infeksi Rubella," tutur dr Fikry.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Fikry, infeksi Rubella biasanya tidak hanya mengganggu sistem pendengaran janin, tapi juga bisa mengganggu sistem penglihatan dan kelainan katup jantung. Pada mata, risiko yang kerap muncul misalnya adalah katarak sejak lahir.
"Jadi kalau IgM rubella positif saat hamil itu harus hati-hati. Risikonya tidak bisa dicegah, setahu saya pengobatan yang ada baru untuk toksoplasma, belum untuk rubella. Kalaupun ada mungkin hanya meningkatkan daya tahan tubuh saja, belum mengobati total," imbuh dr Fikry.
Selain infeksi TORCH, ada beberapa kondisi lain yang membuat bayi wajib dilakukan skrining pendengaran. Disampaikan dr Fikry, beberapa di antaranya yakni bayi dengan riwayat gangguan pendengaran pada keluarga, bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi kuning (hiperbilirubin) dan bayi dengan meningitis.
"Bayi dengan kondisi-kondisi seperti itu dan ibu dengan kehamilan risiko tinggi harus diskrining bayinya," sambung dr Fikry. (ajg/vit)











































