4 Isu Kesehatan yang Harus Dihadapi Calon Gubernur Jakarta

4 Isu Kesehatan yang Harus Dihadapi Calon Gubernur Jakarta

Firdaus Anwar - detikHealth
Rabu, 07 Des 2016 12:05 WIB
4 Isu Kesehatan yang Harus Dihadapi Calon Gubernur Jakarta
Foto ilustrasi: Agung Pambudhy
Jakarta - Tiga calon gubernur Jakarta yang maju di pilkada mendatang memang memiliki program masing-masing bila terpilih. Namun khusus untuk sektor kesehatan, para ahli mengatakan siapapun yang terpilih harus siap menghadapi beberapa 'masalah' Jakarta.

Dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh The Indonesian Institute, para pakar mengatakan agar gubernur DKI nantinya tak terlalu fokus dengan program ideal yang ingin dicapai sampai lupa masalah sesungguhnya yang dialami oleh warga. Dirangkum oleh detikHealth pada Selasa (6/12/2016), berikut beberapa isu kesehatan yang perlu diperhatikan di Jakarta:

Baca juga: Para Cagub DKI, Ini Saran untuk Atasi Pasien di Jakarta yang Membeludak

1. Antrean pasien

Foto ilustrasi: Suasana di Puskesmas Koja/ Andhika detikcom
Dengan berjalannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, semua warga kini dijamin bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Kaya atau miskin semua bisa datang untuk berobat bila sakit.

Hal ini memiliki efek positif meningkatkan kualitas kesehatan warga. Namun ada juga sisi negatifnya membuat jumlah pasien yang datang berkunjung jadi meledak membuat antrean panjang. Dikabarkan bahwa untuk mendapat nomor antrian awal seseorang bahkan sudah perlu mengantri sejak subuh dini hari.

2. Kespro

Foto ilustrasi: AN Uyung Pramudiardja
Kesehatan reproduksi (Kespro) masih menjadi topik yang canggung diterima oleh masyarakat Indonesia termasuk juga warga Jakarta. Menurut Zumrotin K. Susilo dari Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) ini karena masih banyak orang yang mencampurkan urusan kesehatan reproduksi ini dengan hal lain seperti contohnya agama.

Akibatnya hal-hal seperti gerakan penyuluhan pendidikan seks, keluarga berencana, hingga edukasi penyakit menular seksual kurang diterima dengan baik. Dampak dari minimnya perhatian terhadap kespro ini bisa bermacam-macam namun yang paling membuat prihatin menurut Zumrotin adalah hal ini berkontribusi juga terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Jakarta.

3. Penyakit tak menular

Foto ilustrasi: Puti Aini Yasmin
Hidup di kota besar seperti Jakarta membuat para warganya cenderung menganut gaya hidup yang kurang sehat. Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah kasus penyakit atau kondisi tak menular seperti hipertensi, diabetes dan obesitas.

Bila dibiarkan terus maka akan semakin banyak warga yang jatuh sakit dan berimbas pada dana pemerintah untuk menanggung beban biaya kesehatan. Gubernur yang akan datang diharap dapat memperhatikannya.

4. Air bersih

Foto ilustrasi: Dikhy Sasra
Mengutip data Profil Kesehatan Indonesia milik Kementerian Kesehatan, Zumrotin mengatakan Jakarta adalah kota ke empat dengan akses air bersih terburuk dari 35 provinsi yang ada di Indonesia. Dengan sanitasi yang tidak memadai maka kehidupan warga juga akan jadi tak layak dan tingkat kesehatannya kurang maksimal.

"Jakarta itu peringkat keempat terjelek hampir sama dengan Papua. Ini harus mendapat perhatian. Dengan tidak adanya air bersih mau dikasih fasilitas kesehatan sebagus apapun uang tetap akan terkuras untuk beli air," kata Zumrotin.
Halaman 2 dari 5
Dengan berjalannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, semua warga kini dijamin bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Kaya atau miskin semua bisa datang untuk berobat bila sakit.

Hal ini memiliki efek positif meningkatkan kualitas kesehatan warga. Namun ada juga sisi negatifnya membuat jumlah pasien yang datang berkunjung jadi meledak membuat antrean panjang. Dikabarkan bahwa untuk mendapat nomor antrian awal seseorang bahkan sudah perlu mengantri sejak subuh dini hari.

Kesehatan reproduksi (Kespro) masih menjadi topik yang canggung diterima oleh masyarakat Indonesia termasuk juga warga Jakarta. Menurut Zumrotin K. Susilo dari Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) ini karena masih banyak orang yang mencampurkan urusan kesehatan reproduksi ini dengan hal lain seperti contohnya agama.

Akibatnya hal-hal seperti gerakan penyuluhan pendidikan seks, keluarga berencana, hingga edukasi penyakit menular seksual kurang diterima dengan baik. Dampak dari minimnya perhatian terhadap kespro ini bisa bermacam-macam namun yang paling membuat prihatin menurut Zumrotin adalah hal ini berkontribusi juga terhadap tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Jakarta.

Hidup di kota besar seperti Jakarta membuat para warganya cenderung menganut gaya hidup yang kurang sehat. Hal ini berakibat pada meningkatnya jumlah kasus penyakit atau kondisi tak menular seperti hipertensi, diabetes dan obesitas.

Bila dibiarkan terus maka akan semakin banyak warga yang jatuh sakit dan berimbas pada dana pemerintah untuk menanggung beban biaya kesehatan. Gubernur yang akan datang diharap dapat memperhatikannya.

Mengutip data Profil Kesehatan Indonesia milik Kementerian Kesehatan, Zumrotin mengatakan Jakarta adalah kota ke empat dengan akses air bersih terburuk dari 35 provinsi yang ada di Indonesia. Dengan sanitasi yang tidak memadai maka kehidupan warga juga akan jadi tak layak dan tingkat kesehatannya kurang maksimal.

"Jakarta itu peringkat keempat terjelek hampir sama dengan Papua. Ini harus mendapat perhatian. Dengan tidak adanya air bersih mau dikasih fasilitas kesehatan sebagus apapun uang tetap akan terkuras untuk beli air," kata Zumrotin.

(fds/vit)

Berita Terkait