Ini terungkap dalam sebuah kampanye sosial 'Ro(kok) Enak)?' yang digagas oleh 5 mahasiswa London School of Public Relation. Dari 100 perokok yang mereka temui, hanya 22 orang yang rela menyerahkan rokoknya untuk ditukar dengan makanan.
"Menurut kami, ini menunjukkan bahwa bagi mereka rokok dianggap lebih penting daripada makanan," kata Febriana, Creative Officer Kampanye 'Ro(kok) Enak?' dalam perbincangan dengan detikHealth baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalkan nih, gua posisi agak laper. Lalu ada rokok. Gua pilih merokok dulu sebatang, baru habis itu kepikiran untuk makan," kata salah seorang perokok yang ditemui di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.
Baca juga: Berhenti Merokok Jadi Resolusi yang Paling Sulit Ditepati
Dari tahun ke tahun, data BPS memang menempatkan rokok di urutan kedua penyumbang kemiskinan setelah beras. Data September 2016 menyebut rokok memberikan kontribusi bagi kemiskinan sebesar 10,7 persen baik di perkotaan maupun pedesaan.
Pengeluaran untuk membeli rokok di kalangan keluarga miskin bahkan tercatat lebih besar dibanding pengeluaran untuk membeli daging maupun telur ayam. Padahal, keduanya merupakan sumber protein yang dibutuhkan untuk regenerasi dan pertumbuhan sel-sel tubuh.
Baca juga: Berhenti Buka Medsos Atau Berhenti Merokok, Mana Lebih Menantang?
Bagaimana reaksi para perokok saat ditantang menukar rokoknya dengan makanan? Simak di video ini:
(up/vit)











































