Papsmear merupakan pemeriksaan tanda kanker serviks yang dilakukan dengan mengambil contoh sel-sel leher rahim. Contoh sel yang telah diambil tersebut kemudian dianalisis untuk mendeteksi dini kanker leher rahim.
Dengan tes ini juga bisa menemukan adanya infeksi atau sel-sel abnormal, yang mungkin dapat berubah menjadi sel kanker, sehingga bisa segera melakukan tindakan pencegahan ataupun pengobatan. Papsmear sangat dianjurkan dilakukan oleh setiap wanita, paling lambat 3 tahun setelah aktif secara seksual kali pertama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya lho bapak-bapak ingatkan istrinya agar rutin lakukan papsmear. Soalnya saya pernah ketemu ibu-ibu yang merasa sudah aman dari kanker serviks karena dia memang pernah papsmear, tapi papsmearnya sudah 5 tahun lalu," tutur dr Antony Atmadja, SpOG, dalam edukasi kesehatan 'Kenali Kanker Serviks' di RS Mitra Keluarga Bekasi, Jl Jend. A Yani, Bekasi Barat, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (21/1/2017).
dr Antony menyarankan deteksi dini kanker serviks hendaknya dilakukan setahun sekali. Ini merupakan pencegahan agar jika ada lesi kanker serviks segera ketahuan dan mendapatkan penanganan tepat.
Dengan rutin deteksi dini, maka akan semakin cepat ketahuan jika ada virus HPV yang mengarah ke kanker. Semakin cepat dikendalikan maka akan semakin baik dan lebih cepat sembuh sampai 100 persen.
Baca juga: Alasan Vaksin HPV Tak Jamin 100 Persen Aman dari Kanker Serviks
Dalam edukasi kesehatan tersebut ada seorang peserta yang bertanya apakan perempuan yang menopause sudah pasti aman dari kanker serviks? Jawabannya tidak. "Menopause masih bisa kena kanker serviks, kecuali kalau rahimnya sudah diangkat," ucap dr Antony.
dr Antony lantas menceritakan pengalaman bertemu pasien yang meminta rahimnya diangkat meski tidak ada indikasi kanker serviks.
"Alasannya dia nggak mau kena kanker. Lalu saya bilang aja apa diangkat juga usus sampai otak, kan organ-organ itu juga bisa kena kanker. Saya kira jangan terlalu ekstrem, fokus sama penyakitnya saja," papar dr Antony.
Terkait kaitan seringnya menggunakan pantyliner dengan kemunculan kanker serviks, dr Antony juga menyangkalnya. Sebab kata dia, kanker serviks lebih disebabkan infeksi virus human papillomavirus (HPV) yang tidak mungkin terjadi akibat penggunaan pantyliner.
dr Antony menambahkan beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang perempuan kena kanker serviks adalah mempunyai banyak anak, merokok, penggunaan kontrasepsi oral kombinasi jangka panjang, dan mengabaikan papsmear. "Rokok itu bisa menurunkan kekebalan mulut rahim sehingga bisa terinfeksi," kata dr Antony.
Baca juga: Bisa Cegah Beberapa Jenis Kanker, Jangan Ragu Berikan Vaksin HPV pada Anak
(vit/rdn)











































