Di 2016, Jumlah Balita Stunting dan Kurus di Indonesia Turun

Di 2016, Jumlah Balita Stunting dan Kurus di Indonesia Turun

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Rabu, 25 Jan 2017 15:35 WIB
Di 2016, Jumlah Balita Stunting dan Kurus di Indonesia Turun
Ilustrasi anak-anak / Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Pantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menunjukkan penurunan jumlah balita pendek (stunting). Begitu pula balita yang kurus, jumlahnya mengalami penurunan walaupun tidak terlalu besar.

Data PSG tahun 2015 menunjukkan jumlah balita stunting 29,1 persen (sangat pendek 10,1 persen dan pendek 18,9 persen). Sementara, di tahun 2016 jumlah balita stunting turun menjadi 27,5 persen (sangat pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen). Meski demikian, ini masih jadi masalah kesehatan karena berdasar rekomendasi WHO jumlah balita stunting harus di bawah

Kemudian di tahun 2015 balita yang sangat kurus berjumlah 3,7 persen dan kurus 8,2 persen (total 11,9 persen), sedangkan di tahun 2016 balita yang sangat kurus 3,1 persen dan kurus 8,0 persen (total 11,1 persen). Meski mengalami penurunan, ini masih menjadi masalah karena rekomendasi WHO angka balita kurus dan sangat kurus harus di bawah 5 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait hasil ini, di tahun 2017 Kemenkes berfokus pada empat program yakni ASI eksklusif, anemia pada ibu hamil, stunting pada baduta (bayi di bawah dua tahun) dan pemantauan pertumbuhan pada balita. Demikian disampaikan Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes dr Anung Sugihantono MKes.

Baca juga: Pentingnya Mencukupi Kebutuhan Gizi Anak di Usia Balita

"Target stunting komitmennya kita akan menurunkan 25 persen. Kalau di tahun 2017 nggak kekejar karena maksimal kan turunnya 2 atau 3 persen per tahun. Kalau sekarang 27,5 persen, di 2017 maksimal bisa turun jadi 25 persen," kata dr Anung dalam Peringatan Hari Gizi Nasional ke-57 di Kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/1/2017).

Sementara anemia pada ibu hamil, angkanya masih 37 persen dan ditargetkan Indonesia bisa menurunkan jumlahnya 25 persen. Tapi, perubahan perilaku ibu hamil dan orang di sekitar pastinya tak mudah. Untuk itu, diharapkan tahun depan jumlahnya bisa turun 5-10 persen.

"ASI eksklusif targetnya naik jadi 80 persen, sekarang kita masih 63 persen," tambah dr Anung.

Data PSG 2016 juga menunjukkan status gizi anak. Persentase gizi buruk pada baduta 3,1 persen dan balita 3,4 persen. Kemudian, pada baduta 7,1 persen sangat pendek dan 14,6 persen pendek. Sedangkan pada balita, 8,5 persen sangat pendek dan 19 persen pendek. Lalu, pada baduta 3,7 persen sangat kurus dan 8,9 persen kurus. Sementara pada balita, 3,1 persen sangat kurus dan 8 persen kurus.

Jumlah sampel balita pada PSG 2016 yakni 167.532 dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi seluruh Indonesia. Sementara, jumlah sampel ibu hamil sebanyak 53.216.

Baca juga: Ini Kata Dokter Gizi Terkait Susu untuk Mendongkrak Berat Badan Balita

(rdn/vit)

Berita Terkait