dr Walta Gautama, SpB(K)Onk dari RS Kanker Dharmais mengatakan sekitar 65 hingga 70 persen pasien RS Dharmais merupakan pasien stadium lanjut. Angka ini tidak berubah banyak dalam 10 tahun terakhir meskipun kampanye deteksi dini sudah lama digaungkan.
Dikatakan dr Walta, memang ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa pasien kanker baru berobat setelah mengalami stadium lanjut. Adanya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan turut berperan meningkatkan jumlah pasien, menyebabkan statistik tidak berubah banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Walta, kampanye deteksi dini juga harus diimbangi dengan peningkatan akses layanan untuk melakukan deteksi dini. Salah satunya adalah tim dokter yang memiliki keahlian khusus untuk menangani kanker.
"Jadi minimal setiap rumah sakit tingkat kabupaten harus punya alat skrining, punya ahli radiologi yang bisa membaca hasil skrining,punya ahli patologi yang bisa melakukan biopsi. Kita sekarang ahli patologi hanya ada di kota besar. Jadi dari Papua atau Maluku harus ke Makassar atau Surabaya untuk biopsi," tandasnya lagi.
Baca juga: Utamakan Medis, Jangan Langsung Obati Kanker ke 'Orang Pintar'
dr Walta mengatakan harus ada sistem komprehensif yang dibuat untuk mengatasi pasien penyakit kanker. Sebabnya, bisa jadi pasien mengalami stadium lanjut akibat terlalu lama menunggu antrean operasi atau biopsi di rumah sakit rujukan.
Selain itu, perlu juga dibuat aturan khusus soal kompetensi dokter untuk menangani pasien kanker. Dengan begitu, pasien bisa mendapat pelayanan yang lebih baik dan lebih komprehensif.
"Harus duduk bersama merumuskan ini, Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, organisasi profesi, rumah sakit, dokter, yayasan, pihak swasta, supaya ada sistem lintas sektor yang bisa bermanfaat buat semua," pungkasnya.
Baca juga: Kalau Rutin Cek Kesehatan, Gejala Dini Kanker Bisa Dikenali (mrs/up)











































