Sindrom Manusia Serigala di Balik Kisah Beauty and The Beast

Sindrom Manusia Serigala di Balik Kisah Beauty and The Beast

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Rabu, 22 Mar 2017 12:13 WIB
Sindrom Manusia Serigala di Balik Kisah Beauty and The Beast
Foto: Dok. National Gallery of Art
Jakarta - Film fantasi musikal Beauty and The Beast merajai bioskop dalam dan luar negeri. Film yang dibintangi aktris Emma Watson dan Dan Stevens ini bercerita soal pangeran yang dikutuk menjadi sosok monster menyeramkan dan jatuh cinta kepada seorang gadis rupawan.

Film ini merupakan adaptasi dari film animasi studio Disney, yang juga merupakan adaptasi dari cerita rakyat yang ditulis oleh Jeanne-Marie Leprince de Beaumont pada abad 18. Banyak pihak meyakini bahwa de Beaumont mendapat inspirasi untuk menulis kisah Beauty and The Beast berdasarkan kisah hidup seorang pria bernama Petrus Gonsalvus.

Dalam bukunya yang berjudul Mutants: On Genetic Variety and the Human Body, pakar genetika dan biologi evolusi dari Imperial College London, Profesor Armand Marie Leroi, membahas soal fenomena sindrom manusia serigala di Eropa pada abad Renaisans. Ia menyinggung kisah Petrus yang menjadi bahan penelitian Raja Henri II dari Prancis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: 5 Manusia Serigala Sesungguhnya, Tubuh Penuh Bulu Akibat Sindrom Langka

Foto: Dok. National Gallery of ArtFoto: National Gallery of Art
"Pada tahun 1556, Petrus Gonsalvus dihadiahkan kepada Raja Henri II sebagai objek tontonan. Petrus, bocah laki-laki yang usianya tak lebih dari 12 tahun, memiliki rambut tebal di sekujur tubuhnya dan dianggap sebagai manusia liar. Raja Henri II menerimanya dan menjadikan Petrus objek penelitian oleh para ilmuwan kerajaan saat itu," tulis Leroi.

Penelitian menunjukkan Petrus bukanlah manusia liar dan memiliki tata krama layaknya laki-laki pada umumnya. Ia pun dibebaskan dari tahanan dan diangkat menjadi tamu tetap raja, meskipun masih dijadikan bahan tontonan oleh para bangsawan kerajaan saat itu.

Leroi mengatakan Petrus sejatinya mengidap hypertrichosis lanuginosa, kondisi bawaan lahir yang menyebabkan tubuhnya ditumbuhi rambut tebal. Kondisi ini lazim disebut sebagai werewolf's syndrome atau sindrom manusia serigala.

Dalam film, karakter Beast memiliki perawakan mirip monster akibat kutukan. Namun pada kasus Petrus, kondisi rambut di sekujur tubuhnya ini terjadi karena bawaan lahir.

Sindrom manusia serigala terjadi akibat adanya mutasi pada kromosom. Rambut di bagian selain kepala seharusnya luluh dan rontok sesaat setelah dilahirkan. Namun mutasi tersebut membuat rambut tetap bertahan di tangan, kaki, hingga badan dan punggung, menjadikan penampilan pengidapnya mirip seperti sosok mitos manusia serigala.

Leroi menuliskan dalam bukunya, Petrus menikah dengan seorang gadis cantik asuhan Margaret, Duchess of Parma. Dari hasil pernikahan ini, Petrus diyakini memiliki 4 orang anak, dengan 3 tiga di antaranya mewarisi sindrom manusia serigala yang ia miliki.

Sindrom Manusia Serigala di Balik Kisah Beauty and The BeastTognina, anak dari Petrus Gonsalvus (Foto: National Gallery of Art)

"Yang paling terkenal dari keluarga ini selain Petrus adalah putranya Arrigo, dan anak perempuannya, Tognina. Lukisan kedua orang ini memperlihatkan bahwa rambut mereka tidak muncul di seluruh tubuh, namun hanya ada pada wajah, karakteristik khas kelainan hypertrichosis," paparnya lagi.

Tidak ada yang tahu bagaimana akhir kisah hidup Petrus, selain anak-anaknya yang akhirnya harus terpisah karena menjadi bahan penelitian raja-raja di Itali, Jerman dan Spanyol. Namun yang jelas, kisah Petrus merupakan bukti bahwa sindrom manusia serigala adalah kelainan genetika, bukan hasil kutukan.

Baca juga: Inilah "Keluarga Manusia Serigala" yang Sekujur Tubuhnya Penuh Bulu (mrs/vit)

Berita Terkait