Termotivasi Eliminasi Malaria, Irma Juarai Lomba Mikroskopis Nasional

Termotivasi Eliminasi Malaria, Irma Juarai Lomba Mikroskopis Nasional

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Senin, 17 Apr 2017 18:46 WIB
Termotivasi Eliminasi Malaria, Irma Juarai Lomba Mikroskopis Nasional
Foto: Radian Nyi S
Jakarta - Irma Suryani, AMAK sehari-hari bekerja sebagai analis di laboratorium di Puskesmas Payahe, Kota Tidore Kabupaten, Kepulauan Maluku Utara. Daerah asalnya yang masih endemis malaria pun menjadi salah satu latar belakang Irma mengikuti Lomba Pemeriksaan Mikroskopis tingkat nasional hingga ia menjadi juara.

"Saya pernah kena malaria. Karena kan di daerah saya masih endemis ya. Selain ingin mengasah keterampilan saya supaya penenetuan diagnosis dokter lebih tepat, pastinya saya ingin eliminasi malaria di Malulu Utara secapatnya," tutur Irma ditemui detikHealth usai Temu Media di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (17/4/2017).

Diungkapkan Irma, dirinya bahkan keluarga dan temannya pun rata-rata sudah pernah mengalami penyakit yang ditularkan melalui nyamuk anopheles itu. Sebab, Maluku Utara memang masih menjadi salah satu daerah di Indonesia yang endemis malaria. Gejala yang dialami Irma di antaranya menggigil dan sakit kepala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah gitu saya harus diopname selama tiga hari sampai akhirnya sembuh. Karena saya sedikit banyak tahu gejala klinisnya, jadi segera periksa pas terasa gejala," tambah ibu dua anak ini.

Baca juga: Waspada Radang Otak Mematikan Dari Gigitan Nyamuk Sawah

Irma mengisahkan, salah satu kesulitan ketika melakukan pemeriksaan mikroskopis adalah menentukan plasmodium. Setelah pasien dinyatakan positif malaria, perlu dilihat lagi bentuk parasit yang terkandung di darah si pasien termasuk dalam plamsodium mana. Sebab, ada 4 plasmodium parasit malaria yakni falcifarum, vivax, malariae, dan ovale.

Tak hanya itu, kadang dalam proses pembacaan bisa ada kotoran yang dikira parasit. Kotoran tersebut, kata Irma bisa berasal dari proses pewarnaan atau zat pewarnaan yang tertinggal sehingga agak mengecoh. Untuk mengetahui hasil tes darah, diperlukan waktu kurang lebih 2 jam.

"Setelah ditentukan jenis plasmodiumnya, terus dihitung jumlahnya. Jadi pengobatan ke dokter lebih tepat, sesuai dengan jenis dan kepadatan parasitnya," ujar Irma. Ia berharap, lomba semacam ini bisa dilakukan secara rutin. Dengan begitu, pengetahuan dan ketrampilan para analis bisa terasah.

Dalam kesempatan sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, drg Vensya Sitohang, M.Epid mengatakan lomba ini diikuti oleh 34 analis dari 34 provinsi di Indonesia. Dengan kata lain, analis yang ikut lomba ini adalah analis terbaik dari provinsinya.

"Analis turut menentukan eliminasi malaria di daerahnya. Karena setelah timbul gejala, diperiksa darahnya, yang konfirm apakah pasien positif atau tidak kan dari pemeriksaan laboratorium. Sehingga, diharapkan dengan lomba ini keterampilan dan kemampuan para analis juga jadi lebih baik," tutur drg Vensya.

Baca juga: 5 Cara Tak Biasa Untuk Hindari Gigitan Nyamuk (rdn/up)

Berita Terkait