Sudah Diet Ketat dan Rajin Olahraga Tapi Masih Gemuk, Kenapa Ya?

Sudah Diet Ketat dan Rajin Olahraga Tapi Masih Gemuk, Kenapa Ya?

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Rabu, 31 Mei 2017 14:06 WIB
Sudah Diet Ketat dan Rajin Olahraga Tapi Masih Gemuk, Kenapa Ya?
Foto: Thinkstock
Jakarta - Sudah mengatur pola makan dan rutin olahraga, tapi berat badan masih tidak banyak berubah. Ada yang bilang ini terjadi akibat faktor 'keberuntungan', ada pula yang mengungkapkan ini karena faktor somatotype. Apa itu?

Nutrisionis dari Lagizi, Jansen Ongko, MSc, RD menjelaskan bahwa ketika membahas tentang bentuk tubuh manusia maka tidak akan lepas dari morfologi, yaitu studi yang mempelajari bentuk suatu organisme beserta ciri-ciri strukturalnya. Pada tahun 1940, W.H Sheldon mengembangkan suatu konsep bernama somatotype untuk mengategorikan bentuk tubuh manusia berdasarkan karakteristik dan strukturnya.

Kategori somatotype terbagi menjadi tiga, yaitu: ectomorph, mesomorph, dan endomorph. Setiap tipe memiliki ciri struktur yang berbeda satu sama lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ectomorph memiliki struktur tubuh yang kurus dan panjang; mesomorph memiliki massa otot dan lemak tubuh yang terdistribusi secara merata; serta endomorph memiliki massa otot dan lemak tubuh yang terdistribusi secara merata.

Baca juga: Kata Pakar, Ini Tipe Lemak yang Wajib Dihindari Jika Ingin Sehat

Somatotype sering dianggap sebagai patokan bagi seseorang untuk menurunkan berat badan. Tiap struktur tubuh disebut-sebut memiliki diet dan olahraga yang khas, sehingga apabila sudah diet ketat namun berat tak juga turun, somatotype sering dianggap sebagai penyebabnya.

"Perlu diluruskan terlebih dahulu bahwa kegagalan dalam menurunkan atau menaikkan berat badan seringkali tidak berhubungan dengan somatotype dan banyak yang menyalahkan faktor genetik ini. Kebanyakan yang 'mati-matian' diet dan olahraga justru melakukan hal keliru yang malah menghambat tujuan yang ingin dicapai, terutama untuk tujuan menurunkan berat badan," tutur Jansen.

Genetik memang memengaruhi kondisi seseorang, tetapi jarang sekali genetik pemicu seseorang mengalami obesitas. Dibandingkan faktor genetik, gaya hidup yang buruk lebih memegang peranan utama. Mereka yang memiliki kelebihan berat badan seringkali mengalami masalah dalam mengatur nafsu makan, kurang aktivitas fisik dan faktor-faktor pendukung lainnya. Begitu juga dengan yang kurus.

"Untuk mempermudah pemahaman, jangan melihat bentuk tubuh dari segi 'sebab' tetapi 'akibat'. Karena masuk dalam apapun kategori somatotype-nya, faktor-faktor seperti faktor kebiasaan sehari-hari, lingkungan, ketersediaan sumber makanan, tingkat aktivitas fisik juga memengaruhi bentuk tubuh," imbuhnya.

Baca juga: Makan Cokelat Hitam Seminggu Sekali Baik untuk Jantung


(ajg/up)

Berita Terkait