Menanggapi hal ini psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi, Sri Juwita Kusumawardhani MPsi atau yang akrab disapa Wita mengatakan
bahwa ungkapan perawan tua merupakan konotasi yang dibangun oleh masyarakat. Padahal urusan jodoh Tuhan yang menentukan.
"Masyarakat bilang nggak wajar karena norma sosialnya orang tuh diharapkan nikah di bawah 30 tahun. Padahal sebenarnya, kita kan semua diaturnya juga sama Yang di Atas," ucap Wita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lanjut Wita, menikah bukan semata membentuk ikatan janji seumur hidup, namun juga harus memahami tahapan pernikahan bersama pasangan untuk menghasilkan hubungan yang lebih harmonis.
"Menikah itu sama saja kayak tahapan perkembangan bayi. Kan bayi nggak semuanya merangkak di usia yang sama, berjalan di usia yang sama, bicara di usia yang sama. Nah makanya orang nikah juga nggak bisa semua dipatokin kepala 2 harus udah nikah," tutur pemilik akun Twitter @ladywitts.
Meski demikian, introspeksi diri adalah hal yang penting, semakin bertambah usia, usaha juga harus lebih keras lagi. Ketika wanita betul-betul sudah melewati usia matangnya maka harapan untuk mendapat suami pun kian kecil.
"Kita perlu introspeksi juga, jadi jangan juga 'ah santai ajah jodoh kan dari Tuhan'. Tapi kalau nggak jemput juga nggak ketemu-ketemu. Jadi mempersiapkan diri, memperbaiki diri itu juga perlu dilakukan," saran Wita.
Baca juga: Ingat, Menikah Itu Bukan Sekadar Mengejar Status (hrn/up)











































