Peneliti Neal Doran dari dari San Diego School of Medicine menyebut penggunaan vape membuat perokok merokok lebih banyak. Hal ini terlihat terutama pada kalangan dewasa muda yang berusia 18 hingga 24 tahun.
"Vape terbukti merupakan faktor risiko meningkatnya konsumsi rokok di sekitar kita. Mungkin awalnya mereka menggunakan vape untuk berhenti merokok. Namun studi kami menyebut penggunaan vape malah meningkatkan konsumsi rokok tembakau," tutur Doran yang juga pakar psikologi, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian dilakukan kepada 319 partisipan dari kalangan dewasa muda. Para partisipan merupakan perokok yang konsumsinya tergolong rendah, kurang dari satu batang rokok per bulan.
Namun setelah menggunakan vape, konsumsi rokok mereka meningkat sekitar 18 persen, dengan rata-rata lima batang rokok yang dihisap dalam 3 bulan terakhir. Dalam studi yang diterbitkan di Preventive Medicine ini, peneliti menduga hal ini berhubungan dengan meningkatnya asupan nikotin dari rokok dan juga vape.
Baca juga: Cegah Peredaran Narkoba, BNN Terus Awasi Penjualan Liquid Vape
Meningkatnya asupan nikotin membuat seseorang lebih rentan menjadi pecandu. Dengan begitu, toleransi tubuh terhadap nikotin akan meningkat, dan membuat mereka yang sebelumnya jarang merokok menjadi lebih sering merokok.
Stanton Glantz dari Center for Tobacco Control Research and Education, University of California, mengatakan saat ini para perusahaan industri rokok juga sudah mengikuti tren dengan memproduksi vape. Klaim bahwa vape dapat membuat seseorang berhenti dari kecanduan rokok pun mentah dengan adanya studi ini.
"Apa yang disampaikan oleh studi ini menunjukkan bahwa rokok elektrik, vape dan semacamnya malah membuat orang lebih sering merokok tembakau, bukan sebaliknya. Hal ini akan sangat berdampak dalam pembuatan peraturan soal pengendalian tembakau," tegasnya.
Baca juga: Studi: Orang Tua Pakai Vape, Anak Bisa Tertarik Merokok
(mrs/up)











































