Ia mengaku kondisi tersebut seakan terjadi secara alami semenjak dirinya didiagnosis dengan Polycystic Ovary Syndrome atau PCOS. Ditambah dengan pola makannya yang berantakan, bobot Rachael terus-menerus naik.
Meski demikian, Rachael tak pernah sekalipun terpikir untuk mengubah pola makannya. Ia tetap hobi makan cokelat, junk food, pizza dan makanan lainnya. Rachael jarang mengonsumsi buah atau sayuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berat badan memang sudah menjadi masalah saya, tapi saya awalnya tidak menganggapnya penting. Saya terus mengalihkan pikiran pada makanan. Saya seperti kecanduan makan," ungkap Rachael seperti dikutip dari Daily Mail.
Sampai suatu hari ia mendengar teman-teman sekelas putrinya, Chloe, mengejek tubuh gemuknya. Chloe rupanya kerap menjadi bahan ledekan karena memiliki ibu dengan tubuh yang gemuk. Saat itulah kemudian Rachael memutuskan untuk mulai berubah.
Ia mulai mengurangi kebiasaan makan makanan junk food dan bahkan berpikir untuk mengantar Chloe berjalan kaki ke sekolah setiap hari. "Saya seperti benar-benar tersadar dan bertekad untuk berubah, saya hanya makan salad, kentang dan pie. Saya juga mengantar Chloe setiap hari pulang dan pergi ke sekolah," imbuhnya.
Selain menjadi lebih banyak menghabiskan waktu dengan buah hatinya, Rachael merasa jalan kaki merupakan aktivitas fisik yang sangat mudah dan menyenangkan.
"Berat badan saya perlahan-lahan mulai turun. Hidup saya berubah menjadi lebih baik. Saya merasa seperti orang yang baru. Saya bisa memakai pakaian yang sebelumnya tak bisa saya lakukan. Jika ditotal, berat badan saya turun sekitar 50 kg," ungkap Rachael bangga.
Foto Rachael setelah berat badannya turun (Foto: SWNS) Foto: SWNS |
Baca juga: Jadi Langsing Hanya dengan Minum Teh Hijau, Mungkinkah?
(ajg/ajg)












































Foto Rachael setelah berat badannya turun (Foto: SWNS) Foto: SWNS