Kisah Al Qadri, Dicibir dan Akhirnya Putus Sekolah Karena Kusta

Kisah Al Qadri, Dicibir dan Akhirnya Putus Sekolah Karena Kusta

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Selasa, 14 Nov 2017 08:45 WIB
Kisah Al Qadri, Dicibir dan Akhirnya Putus Sekolah Karena Kusta
Al Qadri, seorang mantan pengidap kusta (Foto: Aisyah Kamaliah)
Gorontalo - Al Qadri (45) adalah seorang sosok yang ramah. Pertama detikHealth bertemu dengannya ketika kunjungan Duta Eleminasi Kusta Badan Kesehatan Dunia (WHO) Yohei Sasakawa dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ke Gorontalo, tidak pernah tersirat bahkan kehidupannya akan begitu pelik di balik senyum manisnya.

Pria tersebut merupakan mantan pasien kusta, yang kini mengabdikan diri menjadi wakil ketua Perhimpunan Mandiri Kusta (PERMATA).

Ia mengisahkan dengan apa adanya kepada kami mengenai diskriminasi yang ia alami karena sebuah bercak putih yang ternyata bisa mengubah hidupnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pertama kena (kusta) sejak umur 6 tahun. Saya masih sangat belia. Saat itu pengobatan sangat sulit. Orang tua berusaha mencari obat," kisahnya.

Saat itu, Al Qadri yang baru duduk di bangku sekolah dasar tidak menyadari bercak yang timbul di area lututnya adalah sebuah tanda munculnya kusta.

Baca juga: Stigma 'Penyakit Kutukan' Penyebab Pasien Kusta Malu Berobat

"Saya dicubitin teman-teman, sampai berdarah-darah, itu tidak sakit," katanya menceritakan apa yang ia rasakan saat itu.

Sampai akhirnya, salah seorang orang tua murid menyadari tanda yang ada di lutut Al Qadri adalah gejala kusta. Wali dari teman ia di sekolah pun melaporkannya ke kepala sekolah mengenai peristiwa yang terjadi.

"Besoknya, kepala sekolah datang ke orang tua saya, katanya anaknya sementara jangan sekolah, katanya anaknya belum cukup umur. Padahal teman-teman saya ada yang lebih kecil dari saya waktu itu," ujarnya.

Hingga beranjak dewasa, ia mulai menyadari apa yang terjadi. Tak hanya dirinya, keluarga pun merasakan dampak dengan adanya perilaku stigma yang datang dari tetangga mau pun kerabat sendiri. Bayangkan, Al Qadri alhasil harus pasrah tidak dapat membaca dan menulis hingga berusia 12 tahun.

"Ini sangat menyedihkan. Tapi saya bersyukur, umur 12 tahun ada sekolah impres di dekat rumah. Jadi, ada satu guru yang baik hati saya boleh bersekolah. Saya bisa membaca tapi tidak bisa menulis karena tangan saya mulai kiting di usia 14-15 tahun," kenangnya dengan senyum simpul.

Baca juga: Mengunjungi Kampung Kusta di Pinggiran Jakarta

Di tengah pengobatan yang sulit, orang tua Al Qadri selalu membantunya untuk mencarikan obat hingga ke Makassar. Namun, hasilnya nihil karena ia selalu diberikan salep. Hingga akhirnya, di masa keterpurukannya, muncul sosok yang menolongnya untuk mengobati tubuhnya yang penuh nanah. Orang itu tak lain adalah seorang mantan pasien kusta yang peduli dengannya. Ia pun tinggal di rumah orang tersebut selama enam bulan.

"Setelah saya dinyatakan sudah ada kebaikan (mulai kering lukanya), saya dirujuk ke RS kusta dan rehab selama 3 tahun. Ada rekonstruksi juga," ujar pria yang kini sudah menikah dengan wanita mantan pejuang kusta juga dan kini di karunia dua anak yang sudah beranjak dewasa.

Dukungan terbesar Al Qadri menurutnya datang dari sang Ibunda. Meskipun mengalami masa yang berat, sang ibu selalu mendukungnya dan mengunjunginya setiap triwulan selama ia menjalani rehabilitasi.

"Mama saya sangat menyayangi saya. Ini doa saya untuk Almarhum semoga mendapatkan surga," harapnya dengan mata berkaca-kaca.

Kini, Al Qadri dapat melanjutkan kehidupan dengan sempurna setelah dinyatakan sembuh dari kusta. Ia pun menitipkan pesan kepada detikHealth untuk masyarakat setelah menjalani kehidupannya yang penuh lika-liku.

"Minumlah obat sesuai anjuran petugas dan dokter, yakin penyakit ini bisa sembuh. Semakin cepat diketahui semakin mudah untuk disembuhkan. Mencurigakan ada bercak apa pun, silahkan ke puskesmas. Dan jangan lagi mendeskriminasi lagi kami (pasien dan eks pasien kusta)," kandasnya.

Baca juga: Sabarnya Ibu Ini Merawat Suami yang Mengidap Kusta

(ask/up)

Berita Terkait