Jakarta -
Polisi baru-baru ini menggerebek Diskotek MG di Jakarta Barat yang diduga memproduksi sabu cair atau sabu liquid. Dari berbagai jenis narkoba alias obat terlarang, sabu termasuk yang paling banyak disalahgunakan.
Dikutip dari detiknews, Diskotek MG memproduksi sabu liquid di lantai atas. Satu botol sabu liquid berukuran 330 ml dijual dengan harga Rp 400 ribu.
Selain itu, polisi juga menemukan 40 pengunjung yang positif menggunakan narkoba. Diduga, mereka juga menggunakan sabu liquid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sabu Liquid di Diskotek MG Dijual Rp 400 Ribu Per Botol
Apa itu sabu, dan apa saja risiko penyalahgunaan obat terlarang tersebut? Berikut ini detikHealth merangkumnya dari drugabuse.gov.
1. Apa itu sabu?
Ilustrasi barang bukti sabu yang diamankan polisi dalam sebuah kasus (Foto: Lamhot Aritonang)
|
Sabu merupakan sebutan untuk kristal methamphetamine, obat stimulansia yang berwujud serbuk putih dengan rasa pahit. Secara kimia, mirip seperti amphetamine yang digunakan untuk mengobati gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan gangguan tidur narkolepsi.
2. Bagaimana sabu digunakan?
Foto: Rengga Sancaya
|
Kristal methamphetamine atau sabu bisa digunakan dalam berbagai bentuk. Dalam bentuk serbuk, obat ini sering dihirup atau diisap, sering pula dilarutkan untuk kemudian disuntikkan ke tubuh.
3. Apa dampak penyalahgunaan sabu?
Foto: Reuters
|
Di otak, sabu atau methamphetamine memicu pelepasan dopamin yang memicu rasa senang dan euforia. Dalam jangka pendek ini berakibat pada peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Berkurangnya nafsu makan juga termasuk gejala penyalahgunaan obat ini. Kerusakan otak bisa terjadi dalam pemakaian jangka panjang.Penyalahgunaan sabu yang dilakukan lewat injeksi rentan penularan infeksi, termasuk HIV (Human Imunodeficiency Virus) dan hepatitis B maupun C. Penularan terjadi pada penggunaan jarum suntik yang tidak steril, misalnya dipakai bergantian.
4. Mungkinkah kecanduan sabu?
Foto: agus
|
Sabu atau methamphetamine sangat adiktif, yang artinya punya risiko tinggi untuk menyebabkan kecanduan. Pada kondisi sudah kecanduan, berhenti mengonsumsi sabu bisa menyebabkan sakau atau withdrawal symptom. Ciri-cirinya antara lain gelisah, lesu, depresi, dan bahkan gangguan jiwa psikosis.
5. Bisakah sabu memicu overdosis?
Foto: Lamhot Aritonang
|
Semua obat pada dasarnya adalah racun ketika dikonsumsi tidak pada dosis yang tepat. Begitu juga sabu atau methamphetamine, sangat mungkin memicu gejala overdosis mulai dari kerusakan ginjal hingga kematian. Terlebih, sabu biasanya dipakai secara ilegal sehingga makin tidak terkontrol.
Sabu merupakan sebutan untuk kristal methamphetamine, obat stimulansia yang berwujud serbuk putih dengan rasa pahit. Secara kimia, mirip seperti amphetamine yang digunakan untuk mengobati gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dan gangguan tidur narkolepsi.
Kristal methamphetamine atau sabu bisa digunakan dalam berbagai bentuk. Dalam bentuk serbuk, obat ini sering dihirup atau diisap, sering pula dilarutkan untuk kemudian disuntikkan ke tubuh.
Di otak, sabu atau methamphetamine memicu pelepasan dopamin yang memicu rasa senang dan euforia. Dalam jangka pendek ini berakibat pada peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Berkurangnya nafsu makan juga termasuk gejala penyalahgunaan obat ini. Kerusakan otak bisa terjadi dalam pemakaian jangka panjang.
Penyalahgunaan sabu yang dilakukan lewat injeksi rentan penularan infeksi, termasuk HIV (Human Imunodeficiency Virus) dan hepatitis B maupun C. Penularan terjadi pada penggunaan jarum suntik yang tidak steril, misalnya dipakai bergantian.
Sabu atau methamphetamine sangat adiktif, yang artinya punya risiko tinggi untuk menyebabkan kecanduan. Pada kondisi sudah kecanduan, berhenti mengonsumsi sabu bisa menyebabkan sakau atau withdrawal symptom. Ciri-cirinya antara lain gelisah, lesu, depresi, dan bahkan gangguan jiwa psikosis.
Semua obat pada dasarnya adalah racun ketika dikonsumsi tidak pada dosis yang tepat. Begitu juga sabu atau methamphetamine, sangat mungkin memicu gejala overdosis mulai dari kerusakan ginjal hingga kematian. Terlebih, sabu biasanya dipakai secara ilegal sehingga makin tidak terkontrol.
(up/up)