.webp)
Laurie Santos, dosen pengajar kelas ini sekaligus profesor di bidang psikologi, mengatakan bahwa hidup di zaman modern membuat manusia memiliki banyak beban. Mulai dari tuntutan lingkungan hingga stres, bisa membuat seseorang lupa bagaimana caranya menjadi bahagia.
Baca juga: 5 Cara Sederhana agar Hidup Lebih Sehat dan Bahagia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pertama kali dibuka, ada sekitar 300 mahasiswa yang mendaftar kelas ini. Setelah satu minggu, jumlah pendaftar membludak hingga mencapai lebih dari 1.200 mahasiswa, setara dengan 25 persen jumlah mahasiswa sarjana Universitas Yale.
Santos menyebut faktor kejiwaan memegang peranan penting mengapa banyak mahasiswa yang ingin mengikuti kelas bahagia. Salah satunya adalah tuntutan besar saat SMA.
"Masa SMA bisa membuat seseorang stres, cemas, murung bahkan kehilangan empatinya sama sekali. Adanya kelas ini bisa mengembalikan emosi yang sebelumnya hilang, supaya mereka bisa fokus untuk tujuan dan masa depannya," tambahnya lagi.
Harapannya, kelas ini dapat membuat para mahasiswa menghidupkan kembali empatinya. Contohnya, dengan lebih mudah mengucapkan terima kasih, mengurangi kata-kata kasar, menambah interaksi sosial, dan memperkaya kehidupan positif di kampus.
Alannah Maynez (19) merupakan mahasiswi sarjana Universitas Yale yang turut mengikuti kelas kebahagiaan Prof Santos. Ia ingin mengetahui apa yang harus dilakukan agar bisa bahagia, sebelum menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
"Aku tak ingin mengejar impian dan mencapainya dengan mengorbankan orang lain, atau menjadi seorang dengan perangai yang buruk. Jika aku bisa membuat diriku bahagia, aku akan bisa menyebarkan kebahagiaan ini ke orang lain," ujarnya.
Baca juga: Kunci Jalani Hidup Sehat Adalah Bahagia dan Bersyukur
(mrs/up)
